GORAJUARA - Tradisi "mudik" adalah istilah yang digunakan di Indonesia untuk menggambarkan eksodus tahunan orang dari daerah perkotaan ke kampung halaman atau desa mereka selama hari libur besar, khususnya selama Idul Fitri dan Idul Adha.
Tradisi ini tertanam kuat dalam budaya Indonesia, dan merupakan waktu berkumpulnya keluarga dan sahabat untuk merayakan musim liburan dan menghabiskan waktu bersama orang tersayang.
Mudik bukan hanya soal bepergian dari satu tempat ke tempat lain, melainkan tradisi budaya yang diwariskan secara turun-temurun. Macet bagi pemudik adalah kegembiraan.
Baca Juga: Tradisi Agamis Idul Fitri Setiap Tahun Meramaikan Suasana...
Jangan dikira macet pada saat mudik sebagai masalah, karena macet menjadi ritual mengesankan bagi para pemudik. Untuk itu para pemudik sudah mempersiapkan segala risiko dalam kemacetan.
Ini adalah waktu untuk terhubung kembali dengan keluarga, teman, dan akar seseorang. Banyak orang menganggapnya sebagai waktu untuk merenungkan tahun yang telah berlalu, dan menantikan tahun yang akan datang.
Mudik bukan hanya tradisi turun temurun, tetapi bersinggungan dengan religi. Mudik seperti tradisi yang melekat dengan agama, yaitu hari raya Idul Fitri.
Baca Juga: Cara Mengambil Keputusan Saat Terjadi Perbedaan Idul Fitri
Sampai kapanpun, tradisi mudik tidak akan hilang karena sudah bercampur dengan kegiatan ritual keagamaan yaitu hari raya Idul Fitri.
Mudik tahun 2023 akan manjadi momen tumpah ruahnya masyarakat melakukan mudik. Mudik 2023 bercampur dengan kerinduan para sanak saudara yang sudah hampir dua tahun terkekang.
Karena pandemi COVID-19, pemerintah Indonesia mengimbau masyarakat untuk menghindari mudik untuk mencegah penyebaran virus.
Baca Juga: Tradisi Idul Fitri Di Malaysia...
Pada tahun 2021, pemerintah memberlakukan larangan semua kegiatan mudik selama liburan Idul Fitri dan Idul Adha untuk mencegah penyebaran virus.
Penting bagi orang untuk memprioritaskan kesehatan dan keselamatan mereka, serta kesehatan dan keselamatan orang lain, di atas tradisi budaya.