GORAJUARA - Untuk memahami PPDB Zonasi perlu mengenal filosofinya. Di balik PPDB Zonasi ada filosofi yang sedang dibangun sebagai pola pendidikan era teknologi informasi.
Teknologi informasi telah banyak mengubah cara hidup masyarakat. Perubahan yang terjadi terutama dalam hal memandang kecerdasan seseorang.
Orang cerdas tidak bisa lagi dilihat dari satu sudut pandang. Kecerdasan orang bisa dilihat dari sembilan sudut pandang yang didasari teori kecerdasan majemuk dari Howard Gardner.
Baca Juga: Gandeng Guru Gembul Gerakan Dana Abadi Guru... Solusi Sejahterakan Seluruh Guru Secara Mandiri...
Hal ini dibuktikan dengan tampilnya berbagai macam kecerdasan seseorang kita saksikan di media sosial. Banyak orang sukses dalam hidup dengan memiliki berbagai macam kecerdasan.
Manusia-manusia yang masih tinggal di pedalaman pun memiliki kecerdasan. Tidak ada lagi manusia primitif atau modern.
Fenomema ini mengubah cara pandang kita terhadap manusia. Pada dasarnya semua manusia makhluk cerdas adalah benar adanya. Tidak ada lagi manusia bodoh dan pintar.
Baca Juga: Guru SMAN 9 Bandung... Tingkatkan Kompetensi Kepribadian dan Sosial di Tangkuban Parahu...
Konsep seluruh manusia cerdas diakui para ahli pendidikan. Di dalam ajaran agama Islam pun dibenarkan, karena seluruh manusia yang dilahirkan membawa fitrah atau potensi.
Orang-orang sukses di muka bumi bukan dilahirkan tapi berkat pengajaran dan latihan. Otak manusia diciptakan cerdas, yang membedakan adalah pengaruh lingkungan dan pendidikan.
Cara pandang ini melahirkan pemahaman bahwa semua orang berhak untuk sekolah tanpa diskriminasi karena kecerdasan. Maka lahirlah kebijakan penerimaan sekolah berdasar geografi.
Baca Juga: HUT Korpri Momen Refleksi Guru... Tujuh Sikap Guru Untuk Apresiasi Presiden Prabowo Subianto...
Seleksi PPDB berdasar zonasi geografi, tidak membeda-bedakan siswa karena kecerdasan, tetapi berdasarkan jarak. Jadi seleksi karena perbedaan jarak tidak merendahkan martabat manusia.
Konsekuensinya, karena seluruh manusia cerdas siapa saja siswa yang berjarak dekat dengan sekolah harus diterima untuk mendapat pendidikan. Muncullah konsep pendidikan inklusif.***