Esensi Pendidikan Cintai Pengetahuan, Refleksi 77 Tahun Indonesia Merdeka

photo author
- Senin, 25 Juli 2022 | 23:16 WIB
Refeleksi Pendidikan 77 Tahun Indonesia Merdeka (GoraJuara.com/dok AKSI)
Refeleksi Pendidikan 77 Tahun Indonesia Merdeka (GoraJuara.com/dok AKSI)

GORAJUARA - Refleksi menjelang kemerdekaan Indonesia ke-77 tahun, pendidikan kita gagal mengajari siswa cinta pengetahuan. Setelah 77 tahun merdeka, kita tertinggal dalam esensi pendidikan.

Sekolah tidak berhasil membudayakan hal esensial yaitu membudayakan cinta pengetahuan. Ironis dunia pendidikan sangat tidak menghargai karya-karya dalam bentuk pengetahuan.

Selama 77 tahun, kita hanya jadi pengikut, mengunyah pengetahuan yang sudah kehilangan gizinya. Pengetahuan-pengetahuan kadaluarsa dari negeri orang membuat kita sulit mandiri.

Baca Juga: Agar Hidup Damai Kenalilah Allah Sebagai Maha Pengampun

Setelah 77 tahun merdeka, saat ini kita harus berani mengakui diri kita sebagai bangsa mandiri. Kurikulum Merdeka belajar mulai melirik pemikiran Ki hadjar Dewantara, itupun setelah orang lain memakainya.

Momen 77 tahun merdeka kita jadikan angka keramat untuk mulai menata diri sebagai bangsa mandiri. Memulainya dengan menyadarkan dunia pendidikan untuk menghargai dan mencintai pengetahuan.

Selama 77 tahun, kita belum sadar bahwa seluruh produk yang diciptakan manusia hasil akumulasi dari pengetahuan. Menguasai ilmu pengetahuan adalah kunci kemandirian bangsa.

Baca Juga: Tidak Ada Manusia Yang Patut Dicontoh Kecuali Nabi Muhammad, Mengapa...

Ilmu pengetahuan adalah aset negara, dan negara harus melindunginya dengan segenap hati. Untuk memulainya kita harus berani menghadapi risiko, siap menderita, dan survival.

Negara-negara yang berhasil maju ke panggung dunia, mereka berani investasi di bidang ilmu pengetahuan, dan negara memberi dukungan serta melindunginya sebagai aset negara.

Selama 77 tahun merdeka, sudah cukup pengalaman bagi kita. Kelemahan dalam ilmu pengetahuan, membuat sumber daya bangsa manusia kita kurang punya daya saing.

Baca Juga: Identifikasi Masalah, Membaca Peluang Dari Budaya Orang Indonesia di Internet

Karya-karya ilmiah harus diarahkan untuk menyelesaikan masalah bangsa. Karya ilmiah bukan lagi sebagai syarat abdministrasi kenaikan pangkat, penghargaan, dan kelulusan untuk mendapat gelar.

Ohmae (2005) mengatakan salah satu cara untuk menghadapi ketidapastian saat ini adalah dengan mendapat informasi lebih banyak. Manusia-manusia cerdas tercipta karena akumulasi pengetahuan yang ada diotaknya.*** 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Master Toto

Sumber: Kenichi Ohmae (2005) The Next Global Stage, Indeks

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB

Untuk Apa Mengajarkan Investasi Pasar Modal di Sekolah?

Minggu, 15 September 2024 | 10:45 WIB

Yang Berpikir Besar Seharusnya Guru Bukan Menteri...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:52 WIB

Ciri Guru-Guru Semangat Merdeka Mengajar...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:10 WIB

Orang Orang Optimis Lebih Sabar...

Selasa, 21 November 2023 | 06:31 WIB

Inti Hidup Adalah Mengendalikan Amarah

Selasa, 17 Oktober 2023 | 20:57 WIB

Cara Mengajarkan Karakter di Sekolah...

Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:54 WIB