Puja Mandala, Provinsi Bali, Pusat Studi Toleransi Beragama

photo author
- Sabtu, 4 Juni 2022 | 20:45 WIB
 Anak-anak dari SD dari Nusa Dua berkesempatan   menari memeriaahkan pemberkatan calon Romo di depan Gereja Katolik  di Kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali. (Foto: Gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)
Anak-anak dari SD dari Nusa Dua berkesempatan menari memeriaahkan pemberkatan calon Romo di depan Gereja Katolik di Kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali. (Foto: Gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)

GORAJUARA - Puja Mandala adalah pusat studi toleransi beragama di Bali yang berdiri di kawasan Bali Tourism Development Centre (BTDC) yang kini bernama Indonesian Tourism  Development Centre (ITDC) Nusa Dua Bali.

Kawasan elite Pariwisata Bali ini dikembangkan pada 1970-an awal Orde Baru berkuasa di bawah Presiden Soeharto.

Di kawasan ini berdiri tempat suci lima agama secara berdampingan mulai dari timur ke barat, yaitu Pura Jagatnatha (Hindu), Masjid Agung Ibnu Batutah (Islam), Gereja Katolik.

Baca Juga: Eril Hilang di Sungai Aare, Najwa Shihab: Saya pun Pernah Merasakan Apa yang Dialami Kang Emil dan Teh Lia

Selain itu, ada juga Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (Katolik), Gereja Protestan GKPB Jemaat  Bukit Doa (Kristen Protestan), dan Vihara  Budha Gautama (Budha). Tempat suci lima agama ini berdiri megah  (1994) diinisiasi oleh Joop Ave, Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi zaman Orde Baru, dan diresmikan pada 1997 oleh Menteri Agama Tarmidzi Taher, setahun menjelang reformasi.

Puja Mandala sesuai dengan namanya, pada awalnya  diniatkan sebagai  tempat pemujaan umat beragama bagi karyawan hotel di ITDC yang berasal dari berbagai agama, suku, adat dan budaya.

Ketika mereka tidak pulang kampung (mudik) saat hari raya, dapat melakukan peribadatan sesuai dengan agamanya masing-masing di kawasan ini.

Baca Juga: Pencarian Eril di Sungai Aare, Swiss Dilanjutkan Oleh Elpi Nazmuzaman, Adik Ridwan Kamil

Belakangan, kawasan ini menjadi objek wisata yang wajib dikunjungi oleh wisatawan domestik, terutama dari Jawa. Sebelum Pandemi Covid-19, puluhan bus besar parkir dan macet di seputar Puja Mandala.

Umumnya, mereka dari rombongan pelajar di bawah koordinasi sekolah. Tempatnya yang strategis di jalur pariwisata Pantai Pandawa, Pantai Melasti, Uluwatu, dan Garuda Wisnu Kencana (GWK) dapat menjadi pilihan prioritas menghirup aura toleransi beragama sesungguhnya.

Pelajar  yang berwidyawisata ke Bali, tampaknya belum lengkap tanpa merasakan hidup berdampingan di antara pemeluk agama yang berbeda-beda.

Baca Juga: Teman Masa Kecil Kenang Eril Sosok yang Humble dan Suka Makan di Warteg, Tak Berubah Meski Jadi Anak Pejabat

Di sini mereka bisa bertemu Nyoman dari Bali, Ahmad dari Jawa, Andi dari Sulawesi, Siagian dari Sumatera, John dari Amerika, Peter dari Australia. Mereka menemukan profil pelajar Pancasila senyatanya.

“Berbeda itu indah dan keren!,” kata Diva jurnalis muda dari SMA Negeri 2 Kuta Selatan, ketika diajak mengunjungi Puja Mandala untuk membuat liputan untuk Gorajuara.com.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Rusyandi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB

Untuk Apa Mengajarkan Investasi Pasar Modal di Sekolah?

Minggu, 15 September 2024 | 10:45 WIB

Yang Berpikir Besar Seharusnya Guru Bukan Menteri...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:52 WIB

Ciri Guru-Guru Semangat Merdeka Mengajar...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:10 WIB

Orang Orang Optimis Lebih Sabar...

Selasa, 21 November 2023 | 06:31 WIB

Inti Hidup Adalah Mengendalikan Amarah

Selasa, 17 Oktober 2023 | 20:57 WIB

Cara Mengajarkan Karakter di Sekolah...

Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:54 WIB