GORAJUARA - Kini, penjajahan fisik bisa saja berakhir tetapi penjajahan mental belum tentu telah berakhir. Penjajahan mental lebih berbahaya karena berefek pada bangsa yang susah maju.
Sisa-sisa penjajahan mental kolonial Belanda masih berefek hingga sekarang. Selain penjajahan fisik, kolonial Belanda terkenal dengan sikap diskriminatif terhadap bangsa Indonesia.
Pada masa penjajahan bangsa kita dikelompokkan sebagai kelas ketiga, bahkan disamakan dengan binatang. Sikap diskrimintif ini ditanamkan beratus-ratus tahun.
Baca Juga: Perjalanan Vani SMAN 1 Pasikuda Masuk UIN, Jadi Gagasan Kembangkan Program Unggulan
Sikap diskriminatif yang dilakukan kolonial Belanda, efek psikologisnya masih terasa hingga sekarang. Masih ada yang belum move on bahwa kita telah merdeka.
Bangsa merdeka seharusnya ditandai dengan kemandirian dan kebanggaan sebagai bangsa. Setiap bangsa kedudukannya sederajat, tidak ada bangsa inferior atau superior.
Apa lagi di era global kita bisa tahu kelebihan dan kekurangan sebuah bangsa. Kita sebagai bangsa Indonesia tentu punya kelebihan yang tidak bisa disamakan dengan bangsa lain.
Masalahnya sebagai bangsa merdeka bisakah kita melihat kelebihan-kelebihan yang dimiliki bangsa kita? Sangat tidak mungkin kalau bangsa Indonesia selalu rendah dibanding bangsa lain.
Baca Juga: Generasi Emas Harus Bisa Bahasa Inggris, Toefl Harus Jadi Pelajaran Anak SMA.
Artikel Terkait
Muhammad Ramdani, Bekerja Keras, Pantang Menyerah Untuk Bisa Sekolah
Linda Fadilah Siswa SMAN 2 Padalarang, Jadi Influencer
Nabi Muhammad SAW Berkarakter Entrepreneur, Di Abad 21 Tetap Menjadi Teladan
Beni Bunyamin Guru 'Edan' Ciptakan Program 99 Bedah Rumah dan Pesantren Unik
Ibu Guru Marliana Cik Aman, Mantan Caleg di Era Orde Baru