GORAJUARA - Akibat pengajaran di kelas kehilangan konteks, akibatnya siswa-siswi jatuh miskin. Setelah lulusan sekolah, siswa-siswi mayoritas targetnya menjadi pekerja dengan modal ijazah.
Sehabis lulusa sekolah, jarang siswa-siswi yang serius bercita-cita jadi pengusaha. Menjadi pengusaha hanya menjadi target terakhir setelah gagal menjadi pekerja.
Menjadi pekerja dengan gaji UMR seumur hidup adalah lingkaran kemiskinan yang akut. Para pekerja hanya berharap sejahtera dengan kenaikan UMR tiap tahun adalah fixed mindset.
Baca Juga: Nafsu Manusia Ada Dua...Kenali Diri Mu Sendiri...
Kondisi ini menggambarkan kegagalan pengajaran di kelas tidak melahirkan sosok siswa-siswi kreatif, pemberani, survival, dan mandiri. Inilah penyebab kemiskinan hasil dari pendidikan.
Merdeka Belajar adalah upaya agar siswa keluar dari lingkaran kemiskinan. Pengajaran di kelas harus banyak mengenalkan siswa-siswi dengan dunia nyata.
Dunia nyata adalah kehidupan di masyarakat dimana siswa-siswi harus bisa hidup mandiri, bertahan hidup tanpa menggantungkan nasib pada orang lain.
Baca Juga: Fokus Pendidikan Abad 21...Penting Untuk Dipahami Guru...
Pengajaran di kelas, harus melatih siswa-siswi mengenali permasalahan hidup yang akan dihadapi. Sejak dari kelas, siswa-siswi harus dilatih bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Kelak setelah lulus, tidak ada lagi siswa-siswi yang bingung mau melakukan apa. Sebelum lulus siswa-siswi harus sudah punya tujuan hidup yang jelas.
Untuk menjadi orang sukses, siswa-siswi harus disadarkan tidak perlu harus menunggu lulus sekolah. Pengajaran harus mendorong siswa-siswi untuk sukses sejak di sekolah.
Baca Juga: Para Guru Jangan Jadi Objek Berita...Harus Jadi Pembuat Beri
Pendidikan karakter di sekolah adalah salah satu cara untuk menyadarkan siswa-siswi, bahwa kesuksesan dibangun dengan melakukan kebiasan-kebiasaan baik sejak dari sekolah.
Isi pengajaran dari semua mata pelajaran harus berkaitan dengan upaya siswa-siswi menjadi manusia mandiri, dengan memahami segala permasalahan hidup yang dihadapinya.