GORAJUARA - Dalam bukunya berjudul "Pendidikan", Ki Hadjar Dewantara mengatakan bantuan kadang bisa membuat pendidikan tidak berkualitas. Apa sebabanya?
Pernyataan ini dilatarbelakangi kehidupan pada zaman Belanda. Pada saat itu, bantuan dana untuk sekolah ditawarkan, tetapi ditolak oleh Ki Hadjar Dewatara, karena bantuan ada syaratnya.
Dana bantuan boleh digunakan dengan mengikuti ketentuan syarat-syarat yang mengingkat. Syarat-syarat itu ditentukan oleh pemberi bantuan.
Baca Juga: Kepemimpinan Tanpa Mengenal Usia...
Syarat-syarat penggunaan dana yang dikeluarkan oleh pemberi bantuan, menjadi alamat matinya kreativitas di sekolah. Pada saat itu Ki Hadjar Dewantara sedang mengembangkan pendidikan khas Indonesia.
Dari pandangan Ki Hadjar Dewantara, bantuan dana dengan syarat-syarat penggunaan yang ketat, akan menghambat kualitas layanan pendidikan. Program digunakan hanya untuk serap anggaran.
Pengembangan program bukan lagi berorientasi pada tujuan pembelajaran, tetapi keamanan dalam mengelola anggaran. Program pendidikan akan terjadi monoton dan jalan di tempat.
Baca Juga: Filosofi Kepemimpinan, Bambu Style Ala Coach Wouter...
Program-program inovatif bisa kandas di tengah jalan, karena penggunaan dana tidak sesuai dengan petunjuk penggunaan dana bantuan.
Zaman sudah berubah, bantuan dana operasional sekolah bertujuan meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Sifatnya hanya komplementer, yang tidak bisa memenuhi seluruh kebutuhan biaya pendidikan.
Di era Kurikulum Merdeka, perlu langkah-langkah merdeka untuk mengejar ketertinggalan kualitas pendidikan kita dari negara lain. Perlu studi banding ke Finlandia, Jepang, dan Korea.
Baca Juga: SMA BPI 1 Bandung Gelar EXPO STEAM P5 , Mengusung Kearifan Lokal dan Teknologi.
Bagaimana mereka mengelola dana pendidikan di satuan pendidikan. Kepala-kepala sekolah, perlu diberi fasilitas untuk melihat dunia luar, dan mendokumentasikannya.
Perlu ada super team di grup para kepala sekolah, yang bertugas melakukan penelitian, dan pengembangan program yang dibutuhkan di sekolah.