GORAJUARA - Sekolah ramah anak adalah ciri dari kurikulum merdeka. Pemahaman sekolah ramah anak adalah upaya membangun kultur sekolah yang mempunyai budaya ramah.
Hal mendasar dalam sekolah ramah anak adalah mengubah paradigma berpikir orang-orang dewasa di sekolah untuk berubah menjadi manusia-manusia ramah.
Pendekatan keagamaan bisa jadi salah satu alternatif bagaimana orang-orang dewasa di sekolah bisa hijrah menjadi orang-orang ramah. Spirit dalam ajaran Al Quran bisa membantu orang berubah.
Baca Juga: Ruh Sumpah Pemuda Menjadi Pondasi dan Semangat Antikorupsi
"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia ingat atau takut". (Thahaa, 20:44).
Berbicara lemah lembut menjadi bagian dari metode pengajaran. Berbicara lemah lembut dapat membantu siswa dapat memerima nasehat dari guru.
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu menyatakan keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. (Ali Imran, 3:159)
Baca Juga: Perubahan Paradigma Menjadi Seorang Guru Merdeka
“Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu” (Ali Imran, 3:159)
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya” (Ali Imran, 3:159)
Pesan dari Al Quran dalam mengelola sekolah ramah anak adalah berbicara lemah lembut dengan penuh hikmah. Dengan pendengaran yang lemah lembut rasa kekeluargaan akan terbentuk.
Baca Juga: Keberadaan Komite Sekolah Sangat Membantu
Pemaaf jiwa-jiwa harus dibangun menjadi sekolah kultur. Budaya keagamaan berupa doa ritual harus dibangun jadi budaya untuk memohon bantuan Tuhan dalam menciptakan sekolah ramah.
Bermusyawarah, dialogis, hendaknya menjadi cara-cara dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah. Keputusan hasil musyawarah harus jadi kesepakatan.