GORAJUARA - Setelah merdeka rupanya kita jadi bangsa penakut. Faktanya dunia pasar penuh risiko namun menjanjikan keuntungan besar sedikit sekali peminatnya di Indonesia.
Dunia pasar modal sudah ada sejak zaman voc Entah strategi voc atau bangsa kita tidak tertarik dengan dunia penuh risiko. Bangsa kita cukup senang dengan jadi pegawai gajian.
Baca Juga: Belajar berpikir dari Nabi Khidir, Beda Berpikir Menurut Petunjuk Allah dengan Awam
Jika itu stretegi VOC, faktanya setelah merdeka kita tetap tidak menyukai dunia penuh risiko. Budaya kita memang menuntun pada suasana damai dengan risiko-risiko ringan.
Di sekali waktu berani menghadapi risiko, hanya untuk urusan yang ujung-ujungnya tidak mensejahterakan, baik untuk dirinya maupun orang lain.
Baca Juga: Ustad Yana Ajaib Mengajar Sambil Mengobati, Melalui Terapi Tanpa Sentuh
Saatnya dunia pendidikan kita ubah, siswa ditantang untuk berani hadapi kegagalan. Tantangan kepada siswa dengan membimbing siswa masuk dunia penuh risiko di dunia pasar modal.
Siswa diberi masukkan untuk melakukan ivestasi pasar modal. Langkah awal adalah memperkenalkan siswa cara membeli dan menjual saham di pasar modal.
Baca Juga: FKIP Unpas Garap Serius Calon Guru, Mahasiswa Lakukan Obervasi Sebelum Praktek Lapangan
Selanjutnya memperkenalkan bagaimana menarik keuntungan dengan melihat marjin saham. Pada tahap berikutnya praktek trading saham dengan teknik scalping.
Mengajak langsung jual beli saham adalah cara untuk mehilangkan rasa takut yang selama ini menghantua banyak orang tentang jual beli saham.
Baca Juga: Tanya Fauzan, Siswa SMAN 15 jadi Investor Saham
Kata jual beli saham haram hampir ada di mayoritas kolektif memori orang indonesia. Kata haram rupaya telah menjadi mental blok orang-orang untuk tidak berbisnis di jual beli saham.
Sejak zaman VOC berlanjut hingga 70 tahun lebih merdeka, kita dibungkam soal pasar modal. Ternyata, pemain jual beli saham dengan dana-dana besar bersumber dari luar negeri.