GORAJUARA - Jika ditanyakan, siapakah yang paling banyak menghadiri majlis taklim (MT)? Bisa jadi, mayoritas akan menjawab: perempuan.
Seperti itu pulalah jawaban penulis. Sejauh pengamatan penulis, MT beserta jamaahnya mayoritas adalah dari kalangan kaum perempuan.
Maka tidak salah jika dikatakan, melihat secara kuantitas, perempuan dan MT memiliki peran yang sangat penting.
Apalagi jika ditinjau lebih mendalam, perempuan adalah penentu maju mundurnya bangsa. Dalam skala kecil, ia adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.
Baca Juga: Viral! Sudah Kehilangan Empat Jari Tangan, Seorang Buruh Malah di PHK
Oleh karena itu, MT seharusnya menjadi rumah bagi siapa pun, termasuk perempuan yang ingin belajar agama. Oleh karena itu, kajian- kajian tentang agama Islam harus dilakukan dengan baik dan mampu menjawab persoalan zaman.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Dewan Pembina Badan Kontak Majelis Taklim (BMKT) Atalia Praratya Ridwan Kamil dalam acara pelantikan pengurus BMKT periode 2021-2024 di Bale Asri Pusdai, Kota Bandung.
"Saya berharap BMKT menjadi tempat belajar bagi kita semua. Bagi para ulama untuk mendorong ribuan, puluhan ribu, bahkan jutaan majelis taklim untuk mampu menghasilkan kajian keislaman yang dapat menjawab persoalan zaman," (jabarprov.go.id, 03/02/2022).
Majelis Taklim, selayaknya dapat menjadi ruang belajar agar perempuan memiliki bekal ilmu yang cukup untuk menjalani kehidupan. Karena belajar seharusnya dilakukan sepanjang hayat, tidak memandang usia.
Apalagi sebagaimana diketahui, saat ini permasalahan hidup sangat beragam dan kompleks, yang juga banyak menimpa perempuan.
Baca Juga: Ini Dia FunFact Hospital Playlist yang Mungkin Baru Kamu Ketahui
Semisal kemerosotan moral, kekerasan, perselingkuhan, fenomena fatherless bahkan motherless. Perempuan juga kerap dilanda stress dan depresi diantaranya diakibatkan harga-harga yang melambung naik.
Semua ini akibat sistem kapitalisme, di mana kehidupan lebih berpihak kepada para kapital, dan di sisi lain kosong dari nilai-nilai ruhiah.
Sementara itu, pembekalan ilmu untuk mengarungi kehidupan sangat sedikit bahkan nyaris tidak ada.
Adapun saat ini, seringkali kajian di MT lebih fokus pada pembahasan masalah ibadah semisal salat, salawat, dan baca Quran. Sementara ilmu tentang kehidupan seperti bagaimana mengarungi kehidupan rumah tangga, terkait pendidikan anak, hukum bekerja bagi wanita, tuntunan aktivitas di luar rumah bagi wanita, hingga tuntunan dalam bisnis syariah, dll. nyaris tidak didapatkan di kajian-kajian MT.
Di sisi lain, ide moderasi beragama justru tengah digencarkan. Jika ditelisik, ide moderasi beragama adalah upaya sekularisasi (memisahkan agama) dari kehidupan, dimana agama hanya difahami sebagai akidah dan ibadah semata.