GORAJUARA - Ribuan triliun anggaran pendidikan telah digelontorkan. Namun demikian, perkembangan kualitas pendidikan Indonesia mengalami pelambatan.
Hasil Survey PISA dari tahun 2000 hingga tahun 2018, hasil skor survey kemampuan nalar anak-anak Indonesia jalan di tempat. Sebuah tragedi yang diungkap oleh Kemendikbud sendiri.
Ada kondisi akut yang terus terpelihara yaitu malas baca. Kondisi ini menjadi akibat selama 18 tahun anak-anak Indonesia kemampuan nalarnya jalan di tempat.
Baca Juga: Budaya Membaca Buku Di Kereta Api Masih Dilakukan Siswa-Siswi Jepang...
Sementara sudah ribuan triliun anggaran pendidikan dikeluarkan oleh pemerintah. Ribuan triliun ini sepertinya tidak berati apa-apa untuk kualitas generasi bangsa Indonesia.
Masalah pokok pendidikan Indonesia sebenarnya adalah di budaya baca. Masyarakat Indonesia mengalami paradok, karena antara gagasan dan realitas terjadi kontradiktif.
Gagasan-gagasan menjadi masyarakat berkualitas tinggi, dimiliki bangsa Indonesia dalam kitab suci Al Quran. Manusia pembelajar, bernalar, berkarakter entrepreneur, lengkap dalam kitab suci.
Baca Juga: Suyinah Santoso Guru Legendaris Di Mata Murid-Muridnya...
Namun demikian, kondisi ideal belum maksimal dicapai karena bangsa Indonesia mengalami masalah pada karakter dasar yaitu lemah dalam membaca.
Otak dengan berat 1,5 Kg menjadi ukuran standar dari seluruh otak manusia di dunia. Jadi perbedaan kualitas manusia di dunia bukan di masalah berat dan ukuran otak.
Otak adalah perangkat yang diberikan Allah kepada manusia. Perangkat ini tidak dapat berfungsi dengan baik jika tidak memiliki pengetahuan yang banyak.
Baca Juga: Di Kota Bandung Peta Sekolah Berkualitas Mulai Merata... Ema Ema Harus Paham....
Pengetahuan yang di dapat oleh otak dilakukan dengan membaca. Perintah membaca bukan perkara sepele. Membaca adalah perkara besar dalam kehidupan manusia.
Namun demikian, budaya baca sering dianggap sepele. Padahal bukti-bukti banyak terungkap, negara-negara maju di dunia, dihuni oleh manusia-manusia dengan budaya baca tinggi.