Peran Taman Berlayar Dalam Memacu Belajar Siswa

photo author
- Sabtu, 28 Agustus 2021 | 15:31 WIB
Iman Budiman (Istimewa)
Iman Budiman (Istimewa)

GORAJUARA.com - Sejak pertama kali mendengar nama “Taman Berlayar” SMA Negeri 1 Cipongkor yang dibangun dan diresmikan pada 22 Oktober 2019 oleh Kepala SMA Negeri 1 Cipongkor, Bapak Drs. Adi Sumiarto, M.M.Pd., sebuah pertanyaan muncul di benak saya. Mengapa namanya harus “Taman Berlayar”? Mengapa bukan “Taman Milea” agar dapat bersandimg dengan “Taman Dilan” yang diresmikan oleh Ridwan Kamil. Atau “Taman Bucin” agar lebih enak dan akrab di telinga para remaja yang menjadi siswa SMA Negeri 1 Cipongkor. Atau mungkin “Taman BTS” agar populer dan mampu menarik para remaja di Cipongkor yang menggandrungi K-Pop untuk sekolah di SMA Negeri 1 Cipongkor.

Meskipun William Shakespeare pernah menyatakan “What’s in a name?” - “Apalah artinya sebuah nama?”, tapi bagi saya kata mengandung makna, sebuah frasa mengandung rasa, dan nama mengandung doa. Penamaan taman tersebut tentu saja tidak sembarangan, tidak asal sebut, dan tidak asal jadi. Nama “Taman Berlayar” bagi saya mengandung makna, rasa, dan tentu saja doa dari pendirinya.

Dalam tulisan kali ini, saya mencoba memaknai penamaan “Taman Berlayar” ini dari segi bahasa. Dalam kajian ilmu bahasa, ada yang disebut dengan semiotik. Secara sederhana semiotik adalah ilmu tentang tanda. Yang dimaksud dengan tanda tersebut adalah kata, frasa, maupun kalimat sebagai objek kajian bahasa. Saya akan mencoba memaknai “Taman Berlayar” dengan menggunakan kajian semiotik.
Semiotik berasal dari kata semion yang berarti tanda. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah sign.

Titik berat kedua istilah tersebut adalah makna dari tanda itu sendiri. Dengan demikian, yang menjadi fokus dari kajian semiotik adalah pengertian tanda itu sendiri. Istilah lain dari semiotik adalah semiologi. Keduanya memiliki pengertian yang sama, yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Baik semiotik maupun semiologi berasal dari bahasa Yunani semion yang berarti tanda (Santosa, 1993: 2).

Zoest menegaskan bahwa semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, yaitu cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya (Sudjiman, 1992: 5). Semiotik dapat dikatakan sebagai kajian yang berhubungan dengan sistem tanda dan segala aspeknya. Hal tersebut memungkinkan kajian semiotik dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengkaji berbagai makna yang terdapat dalam tanda-tanda itu sendiri.

Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa semiotik adalah hal yang berhubungan dengan studi tentang tanda dengan cara melihat fungsi, serta hubungannya dengan tanda lainnya. Tanda dapat diartikan pada tataran makna luas yang berupa makna kias dan lugas. Studi semiotik berhubungan dengan tindak komunikasi dan ekspresi yang dilambangkan dengan tanda-tanda. Pendapat-pendapat di atas menyatakan bahwa semiotik merupakan kajian yang berhubungan dengan tanda. Bahasa merupakan sistem tanda. Oleh karena itu, semiotik dapat dijadikan suatu pendekatan terhadap pengkajian bahasa sebagai tanda.

Pada kesempatan ini, saya akan membatasi pembahasan makna “Taman Berlayar” dari dua hal, yaitu diksi (penggunaan dan pemilihan kata) dan pembacaan retroaktif (pembacaan makna secara utuh).
“Taman Berlayar” merupakan sebuah frasa yang terdiri dari dua kata, yaitu “taman” dan “berlayar”. Dalam KBBI, kata “taman” setidaknya memiliki 2 makna, yaitu: (1) kebun yang ditanami dengan bunga-bunga dan sebagainya (tempat bersenang-senang); (2) tempat (yang menyenangkan dan sebagainya). Sedangkan kata “berlayar” setidaknya memiliki 2 makna, yaitu: (1) memakai (menggunakan) layar; (2) mengarungi lautan; bepergian dengan kapal (perahu).
Dari makna tersebut, secara fisik “Taman Berlayar” memang ditumbuhi dengan tumbuhan, bunga-bunga, dan merupakan tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk berbagi (sharing), berdiskusi, bahkan sekadar untuk berswafoto. Tidak salah jika tempat tersebut disebut sebagai taman. Bentuk taman yang mirip kapal (perahu) pun sesuai dengan penggunaan kata “berlayar” karena fungsi dari kapal (perahu) untuk melakukan perjalanan mengarungi lautan yang sering kita sebut sebagai “berlayar”.

Kalau kita lihat dari pembacaan retroaktif (pembacaan makna secara utuh), maka taman dapat diartikan sebagai tempat yang nyaman dan menyenangkan yang dipenuhi dengan tumbuhan dan bunga. Hal tersebut juga dapat diartikan bahwa pendiri taman tersebut menginginkan bahwa sekolah dapat menjadi taman yang menyenangkan bagi seluruh warga sekolahnya, baik siswa maupun gurunya, untuk berinteraksi, berbagi (sharing), berdiskusi, dan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan lainnya.

Kalau kita lihat dari penggunaan kata “berlayar” yang merupakan kata kerja (verba) mengisyaratkan bahwa di sebuah sekolah, kita harus bekerja atau melakukan berbagai aktivitas yang akan mengarahkan kita pada sebuah tujuan. Tujuan akhir sebuah sekolah adalah menciptakan siswa yang berakhlak mulia seperti yang tercantum dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan tersebutlah yang menjadi pelabuhan terakhir sebuah sekolah dan harus diupayakan seoptimal mungkin untuk dapat tercapai.

Dari makna tersebut, secara fisik “Taman Berlayar” memang ditumbuhi dengan tumbuhan, bunga-bunga, dan merupakan tempat yang nyaman dan menyenangkan untuk berbagi (sharing), berdiskusi, bahkan sekadar untuk berswafoto. Tidak salah jika tempat tersebut disebut sebagai taman. Bentuk taman yang mirip kapal (perahu) pun sesuai dengan penggunaan kata “berlayar” karena fungsi dari kapal (perahu) untuk melakukan perjalanan mengarungi lautan yang sering kita sebut sebagai “berlayar”.

Seperti halnya sebuah kapal, siswa adalah penumpangnya yang harus kita antarkan menuju suatu tujuan yang diharapkan. Guru-guru dan seluruh warga sekolah sebagai komponen yang dipimpin seorang kepala sekolah sebagai nahkodanya harus mampu mengendalikan dan membawa kapal mengarungi dan menghadapi berbagai tantangan yang terjadi di lautan, sehingga mampu mencapai sebuah tujuan akhir yang diharapkan.

Terkadang air laut mengalir dengan tenang, sunyi, ditemani semilir angin laut yang bertiup lembut seperti bisikan halus yang lewat di telinga kita. Namun terkadang air laut juga bertingkah sebaliknya, yaitu mengalir dengan suara gemuruh ombak yang mengombang-ambingkan sebuah perahu sambil memanggil angin badai dan gemuruh suara kilatan petir yang saling menyahut.

Kehidupan sekolah dapat diibaratkan dengan sebuah perahu atau kapal. Perahu mulai berlayar tanpa mengetahui apa-apa saja yang akan terjadi di tengah lautan. Perahu hanya akan tetap berlayar hingga mencapai tujuan akhirnya. Begitupun kehidupan di sekolah. Selama masih ada warga sekolah, selama itu juga ia menjalani kehidupannya yang penuh lika-liku, dan tidak tahu masalah apa saja yang senantiasa menantinya di tengah jalan atau ke depannya. Bagaikan perahu yang terombang-ambing oleh ombak dahsyat dan angin badai tetap masih bertahan dan tak tenggelam, begitu juga dengan kehidupan yang dimiliki sebuah sekolah selalu digoyahkan dengan berbagai cobaaan kehidupan yang silih berganti dan bertubi-tubi, tetapi masih bisa bersabar dan kuat hati serta mentalnya.

Setiap sekolah pasti tidak pernah luput dari cobaan dan tantangan. Tidak ada sekolah yang kehidupannya selalu damai, mulus, dan tanpa cobaan dalam kehidupannya. Apapun yang terjadi, sekolah harus terus maju untuk mencapai tujuannya. Sebab proses kehidupan di sekolah itulah yang bermakna. Proses yang dijalani lebih bermakna daripada hasil yang didapatkan di akhir. Dengan proses inilah, kita sebagai warga sekolah dapat memetik sebuah hikmah kehidupan yang sangat mendalam dan bermanfaat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Abu Rahma

Tags

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB

Untuk Apa Mengajarkan Investasi Pasar Modal di Sekolah?

Minggu, 15 September 2024 | 10:45 WIB

Yang Berpikir Besar Seharusnya Guru Bukan Menteri...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:52 WIB

Ciri Guru-Guru Semangat Merdeka Mengajar...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:10 WIB

Orang Orang Optimis Lebih Sabar...

Selasa, 21 November 2023 | 06:31 WIB

Inti Hidup Adalah Mengendalikan Amarah

Selasa, 17 Oktober 2023 | 20:57 WIB

Cara Mengajarkan Karakter di Sekolah...

Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:54 WIB