GORAJUARA - Ruh medeka belajar, sekolah inklusif, dan sekolah ramah anak satu nafas. Keterkaitan ketiga konsep adalah semua siswa dilahirkan sama memiliki kecerdasan.
Menurut filosofi Ki Hadjar Dewantara siswa bukan kertas kosong, mereka semua sudah memiliki kecerdasan bawaan. Kecerdasan bawaan itu seperti kertas yang sudah ada tulisannya namun masih samar.
Hana Juhana Wakasek Kurikulum SMAN 15 Bandung berpendapat, dalam konsep merdeka belajar, sekolah harus mendiagnosis siswa untuk menemukan kecerdasan dominan yang mereka miliki.
Baca Juga: Aneh Jurusan MIPA Juara OSN K di Jurusan IPS, Penjurusan di SMA Layak di Hilangkan
Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan dan kecerdasan yang dimiliki siswa. Untuk mencapai tujuan pembelajaran guru-guru diberi kebebasan untuk menentukan metodenya.
Dalam konsep sekolah inklusif, semua siswa adalah makhluk Tuhan yang memilki keunggulan. Semua siswa memiliki hak untuk mendapat pengajaran tanpa ada perbedaan dan diskriminasi.
Dalam hal ini berlaku jargon bahwa semua anak cerdas kecuali mereka tidak mendapat pengajaran yang baik. Pengajaran yang baik adalah layanan pendidikan yang inklusif.
Baca Juga: Pengamatan 32 Tahun Norita Sitanggang, Kesuksesan Tidak Diukur dari Kecerdasan Akademik
Kemduian dalam konsep sekolah ramah anak, karena semua siswa cerdas mereka harus diberi layanan yang mengoptimalkan potensi-potensi baik yang dimiliki siswa.
Semua siswa berhak mendapat layanan pendidikan yang penuh dengan kasih sayang, sebagaimana memeprlakukan semua siswa seperti anak-anak kandung sendiri.
Cara-cara kekerasan sangat dilarang, hukuman-hukuman yang membuat mental siswa putus asa sangat tidak disarankan. Hukuman harus bersifat mendidik yang membuat mereka sadar dan tumbuh jadi pribadi-pribadi yang unggul.
Baca Juga: Penasaran Ada Apa Di Balik Siswa Juara Olimpiade OSN-K 2022
Untuk itu, hukuman berupa ketidaklulusan, tidak naik kelas, bukan lagi pendekatan yang dapat digunakan dalam konsep merdeka belajar, sekolah inklusif, dan sekolah ramah anak.
Dalam pendidikan merdeka, inklusif, dan ramah, siswa-siswa sekolah dasar dan menengah, hukuman positif harus dikedepankan. Sifatnya anak-anak adalah belajar dari hukuman harus menumbuhkan bukan mematikan.***