opini

Puja Mandala, Provinsi Bali, Pusat Studi Toleransi Beragama

Sabtu, 4 Juni 2022 | 20:45 WIB
Anak-anak dari SD dari Nusa Dua berkesempatan menari memeriaahkan pemberkatan calon Romo di depan Gereja Katolik di Kawasan Puja Mandala Nusa Dua Bali. (Foto: Gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)

Sebagai pusat studi toleransi beragama, Puja Mandala memiliki Paguyuban Antarumat Beragama (PAUB) yang diketuai oleh Drs. I Wayan Solo, M.Si.

Baca Juga: Denny Darko Bela Denny Sumargo yang Podcastnya Dituding Jadi Penyebab Hilangnya Eril Anak Ridwan Kamil

Wisatawan yang  belajar tentang toleransi beragama di sini akan mendapatkan narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing.

“Mereka datang dari berbagai kalangan seperti siswa PAUD – Perguruan Tinggi dan  peneliti dari berbagai daerah di Indonesia.

Di sini, mereka bisa bertukar pikiran dan senantiasa menjalin  komunikasi setelah sampai di daerah masing-masing. Perbedaan tidak terasa lagi. Obrolan berjalan cair, tanpa sekat perbedaan. Kita satu saudara.

Baca Juga: Resmi: Arsenal Lepas Alexandre Lacazette

Vasudevam Kuthum Bakam. Salamnya juga khas : Salam Harmonis Damai Bersama”, kata I Wayan Solo, mantan Lurah Benoa, Kuta Selatan, Bali.

Di Puja Mandala tersedia pula wantilan yang representatif sebagai tempat berdiskusi, belajar menari, kerawitan, maupun tempat menyanyikan lagu-lagu keagamaan yang di Bali disebut Pesantian ‘kelompok koor khusus menembangkan kidung pengiring ritual Hindu’.

Namun, demikian, di sini belum berdiri tempat suci Kong Hucu, Konco karena memang saat Puja Mandala dibangun, Kong Hucu belum diakui sebagai agama. Kong Hucu baru diakui ketika Gus Dur menjadi Presiden menggantikan BJ Habibie. 

Baca Juga: Hasil Formula E Jakarta 2022: Mitch Evans Berhasil Raih Podium Pertama

Oleh karena itu, Gus Dur pantas menyandang gelar  Bapak Toleransi Indonesia yang menghargai dan memuliakan perbedaan dengan  semangat multikulural.
 
Di tengah banjirnya informasi dengan hoaks bertebaran, Puja Mandala bisa menjadi lem perekat sosial dari keberagaman bangsa. Kohesi dan koherensi berbangsa dan bernegara dapat dirajut dari sini  sambil berwisata ke Bali.

Berwisata  bukan sekadar bersenang-senang sekalipun Bali sorganya dunia, melainkan juga memberi nilai tambah. Tetap rukun damai di tengah perbedaan menjaga NKRI, Pancasila, UUD’45, dan Bhinneka Tunggal Ika.

“Inilah bentuk toleransi yang indah”, kata Irma perempuan dari Medan yang sejak dua tahun di Bali sebagai guru Geografi di SMA Negeri 2 Kuta Selatan. Salam Toleransi dari Bali. Semoga Damai senantiasa.***

Halaman:

Tags

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB

Untuk Apa Mengajarkan Investasi Pasar Modal di Sekolah?

Minggu, 15 September 2024 | 10:45 WIB

Yang Berpikir Besar Seharusnya Guru Bukan Menteri...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:52 WIB

Ciri Guru-Guru Semangat Merdeka Mengajar...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:10 WIB

Orang Orang Optimis Lebih Sabar...

Selasa, 21 November 2023 | 06:31 WIB

Inti Hidup Adalah Mengendalikan Amarah

Selasa, 17 Oktober 2023 | 20:57 WIB

Cara Mengajarkan Karakter di Sekolah...

Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:54 WIB