opini

Mengajari Shalat Sesuai dengan Kodrat Keadaan, Filosofi Ki Hadjar Dewantara

Minggu, 22 Mei 2022 | 07:25 WIB
Mengajari Shalat pada Murid Sesuaikan Dengan Keadaan Psikologi (GoraJuara.com/Photo Pixabay)

GORAJUARA - Mengajari shalat pada murid harus lihat perkembangan kodrat keadaannya. Manusia menurut Ki Hadjar Dewantara dipengaruhi oleh kodrat keadaan, alam, dan zaman. 

Mengajarkan shalat pada murid PAUD, SD, SMP, mungkin cukup dengan mengatakan, shalat adalah kewajiban. Namun untuk murid SMA/SMK, pengetahuan itu tidak cukup.

Perkembangan psikologi murid SMA/SMK sudah pada tahap berpikir abstrak, bisa memahami konsep secara kritis. Murid yang sudah berpikir abstrak sudah mulai bertindak berdasar nalar.

Baca Juga: Ternyata Ziqra Adhi Penyiar Radio Ardan Bandung, Masih Anak Sekolah

Mengajari shalat untuk murid SMA/SMK harus diikuti dengan penjelasan nalar, untuk membantu shalat yang mereka lakukan bersumber pada keputusan pribadinya. 

Nalar setiap orang bekerja berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Pengetahuan bernalar murid SMA/SMK yang harus dimiliki adalah apa akibat-akibat yang di dapat setelah shalat.

Untuk mengetahui akibat-akibat apa yang di dapat setelah shalat, bisa gunakan penjelasan di dalam Al Quran. Misalnya di dalam Al Quran;

"Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (Al Jumuah, 10).

Baca Juga: Apa Bedanya Guru Zaman Kolonial Belanda dengan Guru Abad 21

Shalat bisa jadi sebab keberuntungan dalam hidup. Keberuntungan bisa jadi nasib seseorang jika bisa membiasakan disiplin shalat.

Keberuntungan dalam bahasa sehari-hari bisa dalam bentuk pekerjaan, jabatan, kemajuan perusahaan, kelancaran bisnis, tercapai cita-cita, sampai pada dapat pahala surga.

Jika shalat bisa menjadi sebab keberuntungan dunia dan akhirat, maka murid sedikitnya bisa punya motivasi untuk disiplin shalat, dan merasakan dampaknya. 

Baca Juga: Membaca Gagasan Gerakan Pilih Guru Sebagai Gerakan Moral

Dengan pemahaman ini, murid dengan sendirinya bisa mandiri melaksanakan shalat karena ada pemahaman yang dimilikinya. Jika hanya mengatakan shalat sebagai kewajiban, bisa jadi efeknya psikologis ke murid bisa jadi pemaksaaan. 

Halaman:

Tags

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB

Untuk Apa Mengajarkan Investasi Pasar Modal di Sekolah?

Minggu, 15 September 2024 | 10:45 WIB

Yang Berpikir Besar Seharusnya Guru Bukan Menteri...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:52 WIB

Ciri Guru-Guru Semangat Merdeka Mengajar...

Jumat, 23 Februari 2024 | 21:10 WIB

Orang Orang Optimis Lebih Sabar...

Selasa, 21 November 2023 | 06:31 WIB

Inti Hidup Adalah Mengendalikan Amarah

Selasa, 17 Oktober 2023 | 20:57 WIB

Cara Mengajarkan Karakter di Sekolah...

Selasa, 10 Oktober 2023 | 07:54 WIB