GORAJUARA - Istilah guru penggerak beredar di mana-mana. Namun pernahkah bertanya mengapa harus jadi Guru Penggerak?
Sebuah diksusi kecil saya sampaikan pada kesempatan terbatas ini. Munculnya isu Guru Penggerak ada filosofinya.
Untuk memahami filosofinya lebih dalam bisa baca buku Fritjop Capra berjudul The Turning Point. Menurut Capra dunia sedang mengalami titik balik, sedang dalam proses perubahan pola.
Pola-pola hidup lama yang keras dan kompetitif, sedang digantikan dengan pola baru yang lembut dan kolaboratif. Saat ini kita sedang di awal-awal perubahan menuju pola mapan abad 21.
Baca Juga: Kerjasama Galeri Investasi Widyatama, Siswa SMAN 15 Belajar Investasi Saham
Ciri-ciri abad 21 berbeda dengan abad 20. Menurut falsafah China, abad 21 didominasi dengan kekuatan yin. Kekuatan yin ditandai dengan kelemah lembutan, kesantunan, kreativitas, dan kolaborasi.
Di abad 21 konflik tidak disukai oleh masyarakat dunia. Konflik Rusia dengan Ukraina tidak akan berlangsung lama. Upaya-upaya manusia menciptakan konflik tidak akan bernah berhasil karena bertentangan dengan jiwa zaman.
Nabi Muhammad sebagai pembawa misi damai, sangat mengedepankan kelemah lembutan. Diprediksi agama di abad 21 akan tampil kembali sebagai mana misi Nabi Muhammad sebagai pembawa damai.
Baca Juga: Berburu Takjil ke Bazar Ramadhan di Salah Satu Komplek Bandung Selatan
Untuk itu abad 21 ditandai dengan sikap-sikap kaum beragama yang mengedepankan perdamaian. Pendidikan yang diajarkan mengedepankan budaya-budaya damai seperti toleransi, anti kekerasan, anti perundungan, dan anti kekerasan seksual.
Guru penggerak adalah mereka yang mampu memahami jiwa zaman dan cepat bergerak beradaftasi dengan zaman. Ciri dari guru penggerak diawali dengan sikap mental yang mau menerima perubahan zaman dan pembelajar.
Program guru penggerak lahir dilatarbelakangi oleh jiwa zaman. Prof Nana Supriatna mengatakan, ciri utama dari Guru Penggerak adalah kreatif dan inovatif. Semua guru harus bergerak selamatkan anak zaman.
Jiwa-jiwa guru penggerak tidak pernah puas menerima kenyataan. Para Guru Penggerak selalu membaca dan menjadi bagian pergerakan zaman.
Nasib guru jika tidak jadi guru penggerak dia seperti angkot yang menunggu ajal karena ditinggal pelanggannya***