GORAJUARA,- Peringatan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Sumedang, H. Agus Wahidin, S,Pd, M.Si pada guru pada hari pengumuman lomba karya tulis, Jumat, 1 April 2022.
“Berhati-hatilah, jangan-jangan kita bukan guru yang baik. Kadang-kadang kita menyuruh membaca kepada siswa, tetapi kita sendiri tidak suka membaca. Kadang-kadang kepada siswa menyuruh belajar, tetapi kita lupa belajar”.
Jika apa yang diperintahkan guru kepada siswa dengan apa yang dilakukan guru berbeda, maka guru dalam bahaya. Guru akan berada pada posisi terancam menjadi manusia yang paling dibenci Allah.
Baca Juga: Three Musketeer Literasi dari Kerajaan Sumedang
Baca Juga: Jelang Bulan Ramadhan, Masyarakat 'Dikeroyok' dengan Kenaikan Harga Berbagai Komoditas
“Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Ash-Shaff, 61:3). Inilah ayat yang membuat guru terancam hidupnya.
Guru bisa jadi perusak generasi, jika memiliki prilaku-prilaku yang tidak sesuai dengan apa yang diajarkannya pada siswa. Bagaimana generasi unggul akan lahir jika diajari oleh orang-orang yang amat dibenci Allah.
Jangan-jangan rendahnya literasi bangsa Indonesia, faktor penyebabnya bermuara di guru. Berapa orang guru dalam satu sekolah yang benar-benar memiliki kesadaran membaca harus menjadi prilaku melekat pada diri guru? Berapa orang guru yang setiap bulannya memiliki alokasi dana untuk membeli buku-buku terbaru?
Baca Juga: Beramallah Mumpung Kita Miskin: Mengorek Ide Kepala SMAN 17 Bandung
Jika dalam satu sekolah sulit mencari guru pembaca, seperti sulitnya mencari jarum dalam jerami, jangan-jangan benar, gurulah penyebab rendahnya minat baca siswa. Seberapa sering guru memberi motivasi kepada siswa untuk membaca? Jika jawabannya sangat jarang, berarti benar tidak ada murid yang bodoh, kecuali diajari oleh guru-guru yang bodoh.
Tidak perlu banyak berdebat tentang pentingnya membaca dan memahami makna luas membaca. Keterangannya sudah jelas, rahasia langit dan bumi akan terungkap diawali dari satu kata yaitu, “Bacalah!”.
Jangan jadi guru, jika tidak suka membaca. Hampir seluruh aktivitas guru dalam melaksanakan tugasnya adalah membaca plus menulis. JIka tidak sanggup memenuhi kriteria dasar sebagai seorang guru, hanya sekedar membaca dan menulis saja seperti menghadapi beban berat, baiknya lempar handuk putih dari sekarang. Sebab yang diurus adalah bukan urusan remeh temeh tetapi urusan harga diri bangsa.
Baca Juga: Niat Puasa Ramadhan, Cukup Dilakukan Satu Kali Selama Bulan Ramadhan, Cek Penjelasannya.
Sekarang dengan tingkat penghargaan masyarakat pada guru semakin meningkat, di luar sana banyak yang antri ingin menjadi guru, bahkan mungkin benar-benar memiliki karakter sebagai seorang guru. Tetap semangat guru-guru, kita harus menjadi orang-orang terbaik dihadapan Allah.