GORAJUARA - Melihat fakta budaya orang Korea, saya menarik kesimpulan bahwa mengapa budaya bunuh diri di Korea tinggi?
Intinya orang Korea mengalami krisis keyakinan, akibatnya orang Korea mengalami disorientasi hidup. Tujuan hidupnya menyimpang menuju kebinasaan, bukan kekekalan seperti yang dijanjikan Tuhan.
Untuk itu orang Korea mudah sekali putus asa, dan Tuhan melarang sekali putus asa. Berdasarkan hasil riset, dari evaluasi kadar optimisme dan pesimisme dari 122 pria yang mengalami serangan jantung.
Baca Juga: Berhenti Berdebat Tentang Hal Ghaib...
delapan tahun kemudian, dari 25 orang yang paling pesimis, 21 di antaranya meninggal dunia. Sementara itu dari 25 orang paling optimis hanya 6 orang yang meninggal.
Salah satu teori berpendapat bahwa sikap optimis dapat menghindarkan diri dari depresi, cemas, dan stress, serta rentan terkena kanker. (Sholeh, 2012:158).
Data ini memiliki hubungan bahwa sikap pesimis ikut membantu seseorang untuk mengambil keputusan bunuh diri. Kesimpulannya sikap pesimis bisa mempercepat kematian seseorang bagaimanapun caranya.
Baca Juga: SMAN 15 Bandung...Wujudkan Profil Pelajar Pancasila Melalui Nabung Saham...
Untuk itu Tuhan mengharamkan (melarang) manusia pesimis dan orang Korea tidak pernah mendapat larangan seperti ini dari Tuhan karena mereka tidak mengenal Tuhan.
Setengah penduduk Korea tidak miliki agama. Kepercayaan kepada Tuhan akan membantu manusia tetap bangkit sekalipun dalam kondisi sulit.
Berharap kepada Tuhan, akan membentuk pribadi manusia yang tidak akan pantang putus asa. Selama manusia hidup atau pun mati Tuhan akan tetap hidup.
Baca Juga: Apakah Boleh Menjadi Pengekor....? Hendaklah Setiap Orang Meneliti Kebenaran Informasi...
Maka dari itu Tuhan sangat menganjurkan kepada manusia untuk selalu berharap pada Tuhan, supaya harapannya tetap hidup karena Tuhan tidak akan pernah mati.
“jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir". (Yusuf:87)