Berlindung di bawah VOC dengan tujuan memenangkan peperarangan melawan Banten, tetapi kekalahanlah yang didapat karena Kesultanan Banten meminta Bantuan tentara Cilik Widara dari Bali.
Baca Juga: Operasikan Jalan Tol Cisumdawu, Ridwan Kamil Langsung Usulkan Ganti Nama Jadi Jalan Tol Ali Sadikin
Kekalahan Sumedang dalam perang dengan Banten, mengakibatkan Sumedang secara de facto de jure menjadi milik kekuasaan VOC.
Sejak saat itulah Sumedang diwajibkan mengikuti segala peraturan yang ditetapkan oleh VOC.
Kebijakan VOC telah mengatur segala kekuasaan dari para bupati seluruh Indonesia, tak terkecuali Sumedang.
Baca Juga: Lontar Kalimat Kalimantan Tempat 'Jin Buang Anak', YouTuber Edy Mulyadi Berurusan dengan Kepolisian
Bupati-bupati itu merupakan pegawai VOC yang harus taat dan patuh dengan segala aturan, dan penghasilannya pun ditetapkan oleh VOC.
Pada masa kekuasaan VOC, para Bupati Sumedang merupakan pupuhu menak bangsawan telah memberikan jasa-jasanya dalam memajukan daerah dan mengabdi kepada VOC.
Pemimpin Sumedang adalah tokoh-tokoh atau figur-figur pilihan yang memiliki kemampuan luhur, cerdas, cakap dan pinunjul dalam memimpin dan mengabdi kepada masyarakatnya.
Baca Juga: Fenomena Ekuiluks Bakal Terjadi Indonesia, Namun Tidak Membahayakan pada Kehidupan Manusia
Sumedang gemah ripah loh jinawi dayeuh benghar sugih mukti nu rea ketan, rea keton, benghar elmu seueur patilasan sejarah nu sarakti tur karamat.
Atau kota subur makmur, banyak orang berilmu, banyak peninggalan-peninggalan situs sejarah yang luhur, sakti dan suci.
Gambaran dayeuh beunghar adalah sesuai dengan bukti-bukti yang ditinggalkan dari pelaku sejarah masa lalu yang dipimpin oleh para pupuhu Menak Bangsawan Sumedang sesuai dengan zamannya waktu itu.
Beragam peninggalan diwariskan dari leluhur Menak Bangsawan Sumedang sebagai hasil peradaban kebudayaan, baik benda maupun tak benda.
Banyak peninggalan-peninggalan di Sumedang sebagai kebesaran dari para Menak Bangsawan Sumedang dalam kiprahnya dari masa ke masa.***