GORAJUARA - SMA Presiden adalah sekolah dengan menggunakan sistem pembelajaran berasrama (boarding), sehingga asrama dapat menggantikan peran rumah.
Kegiatan di asrama adalah kegiatan rutin terjadwal para siswa minus kegiatan pembelajaran di ruang kelas yang dikendalikan oleh para pembina dan wali asuh.
“Peran pembina dan wali asuh di asrama dapat menggantikan peran orang tua siswa di rumah. Semua aktivitas di asrama dipantau dengan Buku Peraturan Siswa yang merupakan buku panduan bagi siswa selama menjalani dan mengikuti pendidikan di SMA Presiden Boarding School,” kata Kepala SMA Presiden Boarding School, Cikarang, Bekasi, Dr. Asep Sukendar, M.Pd., belum lama ini.
Baca Juga: Lesty Kejora, Rossa dan Lyondra, Siapa yang Pantas Sandang Penyanyi Terbaik di Indonesia Music Award 2021
“Melalui buku panduan inilah, pendidikan karakter direncanakan, diorganisasikan, dilaksanakan, dan dievaluasi selama 24 jam dalam sehari di asrama dan di sekolah,” lanjut Asep.
Seperti diketahui, kegiatan di SMA Presiden Boarding School dimulai sejak pukul 04.30 WIB pagi saat para siswa bangun pagi dengan membereskan tempat tidur masing-masing siswa.
Dilanjutkan ibadah pagi dan olahraga pagi bersama, lalu kebersihan mandiri dan lingkungan. Setelah itu siap makan pagi bersama secara terpimpin di ruang makan.
Baca Juga: Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Sean Galael Alami Kecelakaan, Mobil yang Ditumpangi Rusak Parah
“Di sinilah kami bangun pendidikan karakter yang terkait dengan kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab dan kebersamaan,” tegas Asep.
Makan bersama di ruang makan, ungkap Asep, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan sebelum melaksanakan apel atau upara pagi.
Tata cara makan pun diatur berdasarkan Buku Panduan Siswa, sehingga siswa harus melakukan kegiatan makan secara tertib dan teratur, mulai masuk ruang makan, duduk di kursi dan meja secara tertib dan berurutan, laporan siswa sebelum makan kepada anggota Dewan Siswa, lalu diakhiri dengan berdoa. Setelah makan selesai, para siswa harus keluar ruang secara tertib dan teratur, berurutan mulai kelas X, kelas XI, dan terakhir kelas XII.
Baca Juga: Antibiotik Menjadikan Bakteri Resisten Atau Susah Dibunuh Karena Ini
Setelah ¬itu aktivitas diteruskan dengan kegiatan pembelajaran di sekolah. Berangkat dari ruang makan ke ruang kelas dilakukan secara berbaris yang dipimpin ketua kelasnya.
Sebelum masuk kelas para siswa harus melaksanakan upacara setiap hari Senin dan apel pagi pada hari-hari lainnya.
Tanamkan Nilai-nilai Nasionalisme
Menjadi ketua kelas digilir setiap seminggu sekali, sehingga para siswa akan dapat merasakan bagaimana saat dia menjadi pemimpin dan dipimpin.
Baca Juga: Para Ilmuwan Menciptakan Ini Agar Manusia Bisa Selamat dari Ancaman Bakteri
Di sinilah pembinaan karakter leadership (kepemimpinan) kami tanamkan. Ketika akan memasuki ruang kelas, para siswa harus melakukan penghormatan secara individu kepada bendera merah putih yang ada di dalam kelas sebagai penanaman karakter terhadap nilai-nilai nasionalisme.
Saat akan memulai pembelajaran, diwajibkan untuk mengawalinya dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya (penanaman national building character), sebagaimana halnya penghormatan kepada sang merah putih.
Pembelajaran dimulai dengan laporan ketua kelas tentang jumlah siswa yang hadir dan tidak hadir beserta alasan ketidakhadirannya.
Baca Juga: Ebola Menyerang Tubuh, Inilah yang Terjadi
Aktivitas ini terkait dengan sense of responsibility (rasa tanggung jawab) seorang pimpinan siswa kepada guru yang akan mengajar.
Setelah laporan siswa, kegiatan berlanjut pada doa sebelum belajar sebagai upaya pembentukan karakter siswa yang religius. Laporan dan berdoa juga dilakukan saat akan berakhirnya proses pembelajaran di kelas.
Perlu diketahui bahwa di tengah-tengah kegiatan belajar ada waktu istirahat dan waktu makan siang bersama di ruang makan.
Setelah berakhir proses pembelajaran, para siswa diberi kegiatan yang sifatnya terprogram dan kreatif mandiri.
Baca Juga: Pertahanan Imun Diporakporandakan Oleh Ebola
Kegiatan terprogram berupa kegiatan Ekstrakurikuler Wajib (olahraga Golf), dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler pilihan, seperti berbagai cabang olahraga, Paskibraka, Pramuka, Marching Band, Orkestra, dan kegiatan-kegiatan terprogram lainnya.
Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sore hari sampai menjelang waktunya penurunan bendera pukul 18.00 setiap hari Rabu dan Jumat.
“Untuk melengkapi kegiatan intrakurikuler (proses pembelajaran) dan program ekstrakurikuler, dilaksanakan pula kegiatan kreatif mandiri," tuturnya.
"Kegiatan ini lebih banyak menggali bakat dan kemampuan individu siswa yang potensial, sehingga tidak semua siswa mengikuti kegiatan ini,” tambah Asep.
Program kreatif mandiri yang dapat diikuti siswa, menurut Asep, antara lain KSN, O2SN, FLS2N, Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI), Program Entrepreneurship, dan sebagainya.
“Di samping itu, untuk mengaktualisasikan sikap-sikap kepemimpinan (leadership) para siswa diberi kesempatan untuk masuk di organisasi OSIS, MPK, PKS, organisasi keagamaan, dan Dewan Kehormatan Siswa yang anggotanya dipilih dari para pimpinan organisasi kesiswaan yang ada di sekolah kami,” ujarnya.
Siswa-siswa SMA Presiden, tambah Asep, berasal dari seluruh pelosok Indonesia. Hal ini tentu saja memberikan peluang terbentuknya miniatur kehidupan masyarakat Indonesia dalam aktivitas sehari, baik di sekolah maupun di asrama.
Keragaman budaya, agama, bahasa, dan tradisi serta latar belakang para siswa akan memberikan pembelajaran bagaimana siswa memaknai hidup di tanah air Indonesia yang ber-Bhineka Tunggal Ika.***