Remote learning: pembelajaran jarak jauh (PJJ) memerlukan sistem komunikasi interaktif antara guru dan peserta didik. Pembelajaran daring merupakan bagian dari PJJ. Berbagai cara digunakan untuk pembelajaran ini, seperti radio, televisi, internet. Bagaimana semua cara ini dimanfaatkan dan dapat menjadi media belajar yang efektif.
Health and safety: kita harus memastikan setiap orang dalam sistem sekolah merasa aman, terjaga dari Covid-19.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan model pembelajaran hybrid learning. Pertama, konsistensi layanan misalnya dalam penyampaian bahan ajar dan penyampaian pesan-pesan yang lain ,seperti pengumuman secara konsisten. Kedua, kesungguhan, penyelenggaraan pembelajaran harus diselenggarakan dengan sungguh-sungguh.Ketiga, penyesuaian bahan ajar, bahan ajar yang diberikan harus selalu mengalami perbaikan/update. Keempat, penyesuaian alokasi waktu, alokasi waktu bisa dimulai dengan formula awal 75:25 WIB dalam artian bahwa 75% waktu digunakan untuk pembelajaran online dan 25% waktu digunakan untuk pembelajaran secara tatap muka (konvensional). Kelima, layanan khusus, ada alokasi waktu tutorial khusus bagi mereka yang tertinggal/menyelesaikan kesulitan peserta didik dalam memahami bahan ajar. Keenam, kepemimpinan yang baik, diperlukan kepemimpinan yang mempunyai waktu dan perhatian untuk terus menerus berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Untuk suksesnya pelaksanaan model pembelajaran hybrid learning, maka ada beberapa bentuk bantuan yang perlu disediakan untuk peserta didik. Bentuk bantuan tersebut adalah: 1) Mengajarkan teknologi, hal ini akan membantu peserta didik untuk belajar mandiri di rumahnya. Ini pijakan yang kuat untuk belajar dari rumah (BDR). 2) Membangun hubungan memfasilitasi membangun hubungan dalam lingkungan online. Gunakan kelas pertemuan awal di kelas untuk membengun komunitas kelas. 3) Bimbingan materi pokok memilih materi esensial/fungsional yang menjadi fondasi pembelajaran selanjutnya. Mengajarkannya secara individual untuk memudahkan mengases jika ada peserta didik ketinggalan konsep, dan ini merupakan kunci dari “baseline learning”. 4) Memfasilitasi kolaborasi salah satu tujuan bersekolah adalah untuk bersosialisasi. Membangun kolaborasi adalah hal esesnsial dari pembelajaran akademik dan life skill. 5) Laboratorium-pengalaman belajar pada saat di kelas kondisikan peserta didik belajar dalam kelompok untuk memperkaya pembelajaran. 6) Proyek kelompok, proyek dapat dilakukan saat belajar dari rumah kemudian penampilan/performance direkam lalu dishare secara virtual.
Selain hal di atas peserta didik perlu dipersiapkan terlebih dahulu melalui pertemuan tatap muka, untuk diberikan orientasi atau pemahaman jalannya pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peseta didik mempunyai kebebasan dalam menjelajahi proses pembelajaran yang sedang dilakukannya, proses pembelajaran ini pada dasarnya membebaskan peserta didik untuk mengembangkan gaya belajarnya masing-masing, sehingga diharapkan penyerapan informasi dapat berjalan secara optimal. Pada akhir pembelajaran dilakukan tatap muka untuk mengkonfirmasi ketercapaian pembelajaran, serta penguatan pertemuan awal dalam bentuk tatap muka (face to face).**
Pengirim: Dr. Dante Rigmalia, M.Pd., Kepala SDN 184 Buahbatu Kota Bandung
DISCLAIMER: Seluruh materi dalam naskah ini merupakan tanggung jawab pengirim. Gugatan, somasi, atau keberatan ditujukan kepada pengirim.