Rencana operasi militer tersebut menuai desakan internasional, dimana berbagai negara mengecam dan meminta agar invasi ke Rafah untuk dihentikan.
Mengingat Rafah menjadi tempat terakhir bagi warga sipil Gaza yang mengungsi dari tempat tinggal mereka.
Hingga saat ini Rafah yang berada di selatan jalur Gaza itu menampung sekitar 1,5 juta warga sipil.
Dilihat dari kondisi tersebut, berbagai negara memberikan tekanan mengenai rencana 'kejam' yang akan dilakukan oleh Israel dalam waktu dekat.
Selain mendapat tekanan internasional dari negara lain, nyatanya para sekutu Israel pun ikut menekankan Israel agar menghentikan rencana tersebut demi kemanusiaan.
Salah satu sekutu Israel yaitu Jerman memberikan desakan kepada Netanyahu untuk tidak memulai invasi Rafah jalur darat tersebut.
Olaf Scholz selaku kanselir Jerman memperingati Israel untuk mempertimbangkan dan menghentikan rencana tersebut.
"adakah cara lain untuk mencapai tujuan Anda (Netanyahu) dengan melakukan serangan ke Rafah? Secara logika militer itu adalah salah satu pertimbangannya, namun secara logika kemanusiaan, bagaimana 1,5 juta warga sipil dilindungi dan kemana mereka harus pergi?", ujar Olaf Scholz.
Olaf Scholz memberikan peringatan bahwa dengan melancarkan rencana invasi ke Rafah maka dampak kemanusiaan yang semakin meningkat.
Ia juga mendesak agar bantuan kemanusiaan diizinkan masuk ke jalur Gaza dan mengajak dunia untuk tidak berdiam diri akan kelaparan yang dirasakan oleh warga Palestina di jalur Gaza.
Selain itu, sekutu lain yang ikut menekan Israel untuk menghentikan operasi militer tersebut adalah sekutu karibnya yaitu Amerika Serikat.
Adapun tekanan internasional lainnya dilakukan dari para pemimpin Eropa dan presiden Mesir Abdel Fattah el Sissi.
Strategi militer tersebut sangat kejam dan tidak mempertimbangkan dalam aspek kemanusiaan yang serius terhadap warga sipil yang terkena dampaknya di Rafah.