GORAJUARA – WHO memperingatkan varian virus Omicron dan Delta dapat menyebabkan ‘tsunami’ kasus Covid-19 yang akan memberikan dampak besar pada sistem perawatan kesehatan.
“Saya sangat prihatin, Omicron yang lebih menular dan beredar pada saat yang sama dengan Delta, menyebabkan tsunami kasus,” ujar Direktur Jendral WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada konfrensi pers, Rabu 29 Desember 2021.
Baca Juga: Bongkar Kekejaman Gaga, Greta Iren: Gak Hanya Laura Anna yang Dibikin Gila, Keluarga Juga Dibuat Sakit Hati
Setelah dua tahun virus corona pertama kali muncul, pejabat tinggi badan kesehatan Perserikatan Bangsa Bangsa telah memperingatkan, masih terlalu dini untuk diyakinkan oleh data awal yang menunjukkan Omicron hanya menyebabkan penyakit yang lebih ringan.
Omicron pertama kali dilaporkan pada bulan lalu di Afrika Selatan, sekarang sudah menjadi varian dominan di Amerika dan sebagian Eropa.
Baca Juga: Sudut Literasi Demokrasi “Mang Oded” Hadir di Antapani Kota Bandung
Karena 92 dari 194 negara anggota WHO tidak mencapai target untuk memvaksinasi 40 persen populasi mereka pada akhir tahun ini.
Dirjen WHO mendesak semua orang untuk membuat 'Resolusi Tahun Baru' agar mendukung kampanye vaksinasi 70 persen populasi negara pada awal Juli tahun depan.
Baca Juga: 'Makmum 2' Mulai Tayang Pada Hari Ini di Seluruh Bioskop Tanah Air
Menurut data WHO, jumlah kasus Covid-19 yang tercatat di seluruh dunia meningkat 11 persen minggu lalu dibandingkan dengan minggu sebelumnya, dengan hampir 4,99 juta kasus baru dilaporkan pada 20 hingga 26 Desember.
Kasus baru di Eropa—yang menyumbang lebih dari setengah total kasus—naik 3 persen, sedangkan di Amerika terjadi lonjakan 39 persen dan di Afrika naik 7 persen.
Baca Juga: Kabar Gembira, Bantuan Langsung Tunai Cair Awal Tahun 2022, Presiden Gelontorkan Anggaran Rp414 Triliun
WHO menyatakan, meningkatnya kasus Covid-19 akan memberikan tekanan bagi petugas kesehatan dan sistem kesehatan akan berada di ambang kehancuran.
WHO juga mengatakan, risiko penularan Omicron sangat tinggi, hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan dan penyebarannya lebih cepat dibanding Delta.
Di Afrika Selatan telah terlihat penurunan kasus, sedangkan Inggris dan Denmark menunjukkan pengurangan risiko rawat inap karena Omicron, namun WHO masih memerlukan lebih banyak data.***