“Terakhir saya menulis tentang artikel tentang teori psikologi dan digabung dengan hasil pengamatan,” jelas mba Murni.
Baca Juga: Prediksi El Clasico Jilid 2 Real Madrid vs Barcelona: Ancelotti dan Xavi Sama-sama Waspada
“Ini satu bukti, bahwa tidak bisa memaksakan diri untuk membuat tulisan yang tidak disukai. Walau terkadang sebagai murid atau mahasiswa, kita diminta untuk membuat tugas karya tulis yang tidak disukai. Inilah tantangannya,” lanjut Mas Boim.
Seorang peserta termuda, N. Tazkia AlHilal menceritakan bahwa dirinya adalah seorang santri. Mas Boim pun bertanya apakah Tazkia masuk pesantren atas kemauan sendiri dan apakah kedua orang tuanya setuju.
“Awalnya ibu tidak setuju,” jelas Tazkia.
“Nah dari sinilah cerita bisa dibuat. Sesederhana pun cerita, harus ada konfliknya. Jika ingin membuat cerpen, cukup satu konflik ini saja. Tapi jika ingin membuat novel, kembangkan konfliknya," tambah Mas Boim.
Khusus kepada Tazkia, Mas Boim berpesan agar selama di pesantren rajin mencatat. Mencatat karakter teman-temannya di pesantren.
Karakter teman-teman di pesantren itu bermacam-macam. Ada yang masuk pesantren karena kemauan sendiri, ada yang karena dipaksa, ada yang stress dan sebagainya.
Baca Juga: Alex Rins Kepanasan di Sirkuit Mandalika, Fotonya Memeluk Kipas Viral di Twitter
“Suatu ketika catatan tentang karakter karakter unik teman-teman di pesantren ini dapat menjadi bahan untuk cerita,” ujar Mas Boim.
Acara diadakan secara online via zoom, dihadiri oleh para peserta calon anggota dan senior komunitas. Para peserta calon anggota FLP cabang Jakarta ini merupakan angkatan ke 24.
Forum Lingkar Pena merupakan salah satu komunitas menulis yang memiliki banyak cabang, hampir di seluruh provinsi di Indonesia, bahkan sudah sampai di luar negeri.***