edukasi

Sekolah Sebagai Objek Wisata Pendidikan

Jumat, 29 Juli 2022 | 13:30 WIB
Produk Ekstrakurikuler Seni Budaya dari SMAN 2 Kuta Selatan Bali, layak sebagai tontonan dan tuntunan bagi siapa pun yang berkunjung ke sekolah. Sungguh potensi wisata pendidikan yang patut diapresiasi dalam kegiatan widyawisata antarsekolah. (gorajuara.com/I Nyoman Tingkat)

 

GORAJUARA - Sekolah sebagai objek wisata pendidikan dimungkinkan oleh kegiatan yang dilaksanakan secara variatif antara kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Ketiga kegiatan itu menjadi roh kegiatan sekolah yang forsinya lebih banyak pada intrakurikuler. Dua kegiatan yang lain lebih bersifat melengkapi dan mengembangkan bakat dan minat siswa. Namun pada kenyataannya, kegiatan ekstrakurikuler sering menjadi peta jalan profesi bagi masa depan siswa. Oleh karena itu, kegiatan ekstrakurikuler perlu digarap secara matang, terencana, dan sistematis.

Sekolah di Bali misalnya, dengan kekayaan budayanya penting untuk melakukan optimalisasi ekstrakurikuler bidang seni budaya untuk membangun karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Ekstrakurikuler Budaya Bali yang layak dioptimalisasikan antara lain Musik Rindik, Seni Kerawitan, Seni Tari, Paduan Suara, teater, Marching Band, Pesantian (kidung), mejejahitan nyurat lontar, dan fotografer. Semua kegiatan itu berbasis seni budaya itu sangat cocok dengan kondisi Bali sebagai daerah pariwisata dengan konsep pariwisata budaya. Jika sekolah mampu berperan di sektor ini, maka hubungan mutulaistik pendidikan dan pariwisata bersifat saling mengedukasi.

Menjadikan sekolah sebagai objek wisata pendidikan sangat potensial dalam mengembangkan budaya dan karakter bangsa. Melalui edutourism akan terjadinya komunikasi dan transformasi lintas budaya dengan kearifan lokal daerah. Dari sini kecerdasan sosial dikembangkan melalui ekstrakurikuler seni budaya tradisional dan modern. Hal ini sesuai dengan konsep pariwisata budaya berkelanjutan yang dikembangkan pemerintah Bali.

Baca Juga: Film Pengabdi Setan 2 Communion Ternyata Tayang Bersamaan dengan Malam Satu Suro. Merinding Hiiii!!!

Setidaknya ada lima alasan menjadikan sekolah (di Bali) sebagai objek wisata pendidikan melalui optimalisasi ekstrakurikluer.

Pertama, kunjungan wisatawan ke Bali yang mulai meningkat adalah peluang bagi sekolah menampilkan kebolehannya menyambut tetamu ke sekolah. Hal ini juga menepis anggapan bahwa anak Program IPA itu superior, sedangkan program IPS dan Bahasa/Budaya inferior. Hal yang bertentangan dengan semangat Kurikulum Merdeka.

Kedua, umumnya ekstrakurikuler seni budaya melibatkan kelompok yang memerlukan kerja sama. Dalam kaitannya dengan pengembangan karakter bangsa, kerja sama kelompok merupakan aktualisasi dari semangat gotong royong sebagai jiwa bangsa. Inilah disebut kolaborasi dalam pembelajaran abad ke-21.

Baca Juga: Puasa Asyura dan Tasu'a, Amalan Utama di Tahun Baru Islam atau Bulan Muharram, Kapan Pelaksanaannya?

Ketiga, seni budaya memenuhi syarat untuk mengembangkan nilai integritas, kerja keras, dan kerja cerdas. Nilai integritas mensyaratkan satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan yang dalam konsep Hindu disebut trikaya parisuda. Nilai integritas dalam konsep berkesenian manusia Bali melahirkan inner power yang dalam bahasa Bali disebut taksu. Selanjutnya, nilai kerja keras lebih menyaratkan kemampuan otot yang kekar untuk melaksanakan tugas secara nyata. Nilai kerja cerdas mensyaratkan optimalisasi kerja otak sebagai pembelajar.

Keempat, seni budaya Bali berporos pada kearifan lokal tetapi lentur dengan budaya nasional dan global. Kelenturan itu dapat merangsang inspirasi bagi para seniman/budayawan untuk berkolaborasi membangun simbiosis mutualistik antarsuku dalam konteks nasional dan hubungan kemanusiaan universal dalam perspektif global.

Kelima, sekolah sebagai pusat kebudayaan mengambil peran sentral dalam mengembangkan seni budaya bagi para siswanya, yang potensial dikembangkan menjadi objek wisata pendidikan. Walaupun model wisata pendidikan ini tidak berdampak ekonomi secara langsung bagi sekolah, model ini dapat menjadi nilai tambah bagi Bali sebagai daerah pariwisata. Berwisata ke Bali bukan hanya plesir bersantai ke pantai, ke alam atau ke pusat-pusat perbelanjaan, melainkan juga mengedukasi para wisatawan melalui kunjungan ke sekolah.

Baca Juga: Ilham Habibie Mengakui Aturan PSE Kominfo Belum Sempurna: Masih Belum Lengkap, Perlu Perbaikan

Jika sekolah sebagai objek wisata pendidikan dapat dikembangkan, maka Bali telah melakukan diversifikasi objek wisata. Wisatawan akan memiliki variasi pilihan objek sehingga masa liburannya di Bali bisa diperpanjang. Hal ini tentu menjadi berkah bagi Bali sebagai destinasi pariwisata terbaik dunia.***

 

Tags

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB