GORAJUARA - Kegagalan Kurikulum Merdeka terjadi karena kita gagal memahami kata Merdeka. Kata merdeka dianggap sebagai kebebasan tanpa batas.
Berikut adalah pendapata dari Dr. Toto Suharya, S.Pd., M.Pd, Sekjen DPP AKSI yang dirangkum dalam tulisan di bawah ini. Dr. Toto membagi kebebasan dari dua sudut pandang.
Ketika mendengar kata merdeka maka sebagian besar mengangap kebebasan hawa nafsu untuk berbuat apa saja sekehendak hati. Sementara hawa nafsu terbagi menjadi dua.
Baca Juga: Pedoman Kualitas Pendidikan Bisa Dilihat Dari Sini....Masyarakat Wajib Tahu...
Hawa nafsu yang bersifat destruktif dan konstruktif. Hawa nafsu destruktit, mengarah kepada kebebasan pada kehancuran. Hawa nafsu kontruktif mengarah pada kesejahteraan.
Kegagalan banyak orang dalam memahami kebebasan adalah memberikan kebebasan pada hawa nafsu tanpa memahami sifat dan karakter hawa nafsu manusia.
Merdeka dalam arti kebebasan banyak di salah artikan menjadi kebebasan individu dalam mengumbar hawa nafsunya yang cenderung buruk.
Baca Juga: Evaluasi Capaian Pendidikan Bagi Kepala Daerah....
Tetapi orang-orang yang dzalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan; (Ar Ruum, 30:29). Gagal memehami kebebasan sering terjebak pada kebebasan tanpa ilmu pengetahuan.
Dalam konteks pendidikan, merdeka adalah kebebasan kepala sekolah, dan guru, untuk berdialog menentukan masa depan siswa sesuai dengan bakat dan minatnya.
Bagi siswa, kemderdekaan adalah kondisi pembelajaran yang menyenangkan, tidak ada ancaman, diskriminasi, dan inspiratif. Siswa bisa mengembangkan minat dan bakatnya tanpa kekangan.
Baca Juga: Penyebab 18 Tahun Pendidikan Indonesia Jalan Di Tempat....
Merdeka Belajar adalah bertujuan mengembangkan bakat dan minat siswa dalam belajar. Merdeka Belajar berusaha menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat yang ada pada diri siswa.
Dalam dunia pendidikan, kemerdekaan itu dalam rangka menjamin situasi, kondisi, bakat dan minat siswa untuk belajar agar terus berkembang sehingga mereka menjadi insan terdidik.