GORAJUARA - Menyikapi fenomena kotak kosong di dalam Pilkada, sekolah punya pekerjaan rumah. Kepemimpinan dan calon pemimpin lahir di sekolah.
Program-program di sekolah tentang kepemimpinan cukup banyak. Latihan Dasar Kepemimpinan Sekolah (LDKS) Latihan Kepemimpinan Osis (LKO), Pemilihan Ketua Osis, Dll.
Munculnya fenomena kotak kosong di Pilkada, dunia pendidikan perlu melakukan refleksi diri. Apa yang harus dilakukan untuk melahirkan para calon pemimpin.
Toto Suharya, S.Pd., M.Pd, Sekjen DPP AKSI mengatakan, “tujuan pendidikan adalah melahirkan pemimpin”. Kepemimpinan harus ditumbuhkan di setiap lingkungan sekolah.
Ketika menjadi pemateri dalam kegiatan LKO, murid-murid ditanya, "siapa yang ingin jadi ketua OSIS?". Siswa yang berani mengangkat tangan hanya lima orang.
Ketika ditanya, “siapa yang bercita-cita jadi presiden?” Siswa yang mengangkat tangan hanya dua orang. Dari fenomena ini, disimpulkan generasi ada masalah dalam keberanian.
Baca Juga: Untuk Apa Mengajarkan Investasi Pasar Modal di Sekolah?
Kepemimpinan seseorang ditandai dengan keberanian. Salah satu keberanian yang harus dimiliki pemimpin adalah keberanian bermimpi atau bercita-cita.
Masalah kedua adalah generasi kita yang kurang pengetahuan. Ketika, siswa diminta literasi membandingkan luas Singapura dengan Indonesia. Ternyata luas Singapura hanya 5% dari luar wilayah Indonesia.
Ketika dilanjutkan literasi berapa pinjaman Singapura ke Indonesia? Diperoleh data, Singapura termasuk negara nomor dua paling besar pemberi pinjaman.
Baca Juga: Dampak Pendidikan Gratis.... Sekolah Hadapi Masalah Sarana Prasarana...
Lalu saya tanyakan pada siswa, jika kalian menemukan fakta seperti di atas, apa yang akan anda lakukan ketika kamu menjadi presiden? Jawabannya luar biasa, mereka akan menghapus Singapura.
Inilah peran dunia pendidikan untuk menarasikan kebesaran bangsa Idnonesia dengan berbagai macam cara. Pemimpin besar harus lahir di sekolah.