Alasan Mengapa Jurusan IPA dan IPS Dihapuskan....Penjurusan di Sekolah Rugikan Dunia Pendidikan...

photo author
- Minggu, 21 Juli 2024 | 07:58 WIB
Pendidikan Tempat Tumbuh Kembang Anak-Anak (GoraJuara.com/dok AKSI)
Pendidikan Tempat Tumbuh Kembang Anak-Anak (GoraJuara.com/dok AKSI)

 

GORAJUARA - Usulan untuk menghapuskan penjurusan IPA dan IPS di SMA sudah sejak dulu. Alasannya karena penjurusan IPA dan IPS di SMA merugikan dunia pendidikan.

Alasan pertama telah terjadi stigma negatif terhadap jurusan IPS. Indisipliner anak-anak selalu dikaitkan dengan anak jurusan IPS.

Stigma negatif terhadap jurusan IPS yang dilakukan guru, orang tua, dan siswa. Stigma negatif terjadi karena prestasi yang terlalu diukur dari kecerdasan akademik.

Baca Juga: Pengajaran Shalat di SMA...Dari Dulu Shalat Gitu-Gitu Aja Belum Terlihat Dampaknya Perlu Kajian Ilmiah...

Dari stigma negatif yang terjadi pelabelan, jurusan IPA dianggap cerdas dan jurusan IPS dianggap bodoh. Stigma negatif yang melekat pada jurusan IPS menjadi pemicu hal-hal negatif.

Teori pelabelan menjelaskan kata-kata negatif yang melekat pada seseorang dalam jangka waktu lama akan menjadi kenyataan. 

Masaru Emoto (2006) meneliti H2O dengan memberi label positif dan negatif. H2O yang diberi label negatif memiliki bentuk heksagonal tidak sempurna. H2Omerespons dengan negatif.

Baca Juga: Tujuh Ciri Keunggulan Pendidikan Finlandia...Guru Guru Mari Beradaftasi....

Jika komposisi manusia sama dengan 70% H2O, maka hal yang sama akan terjadi pada manusia jika diberi label negatif. Penjurusan IPA dan IPS jika berkelanjutan merugikan dunia pendidikan.

Fakta kedua, telah terjadi kesalahan berpikir. Dulu anak-anak yang masuk diperguruan tinggi jurusan ekonomi, akuntansi, psikologi, latar belakang jurusannya IPA.

Ada juga kasus, anak jurusan IPS masuk jadi perawat dan bidan. Fakta di atas menjadi bukti bahwa penjurusan IPA dan IPS di SMA tidak perlu ada. 

Baca Juga: Peluang Guru Jadi Konten Kreator...Tips Agar Konten Kreator Sukses...

Paradgima saat ini, kajian keilmuan lebih bersifat holisitik dan kolaboratif. Antara IPA dan IPS tidak perlu lagi ada diskon tapi harus digunakan untuk memahami sebuah fenomena.

Tidak ada lagi stigma IPA pintar dan IPS bodoh, anak-anak sejak dari sekolah harus jadi pembelajar sepanjang hayat dengan menghargai semua ilmu pengetahuan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Plato

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB