GORAJUARA - Struktur kemampuan finansial masyarakat Indonesia, di antaranya ada yang mendekati miskin, miskin sampai masyarakat sangat miskin.
Entah apa jadinya jika pemerintah dalam waktu dekat ini menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite, LPG 3 Kg dan tarif listrik?
Baca Juga: Hasil Lengkap Liga Spanyol: Terpeleset di Camp Nou, Barcelona Makin Sulit Kejar Real Madrid
Tentu yang jelas bakal dirasakan dampaknya adalah terjadi pergeseran status dalam kategori masyarakat mendekati miskin, miskin dan sangat miskin.
Artinya, masyarakat masuk ke dalam ketegori miskin pastinya akan menjadi miskin, masyarakat miskin akan menjadi sangat miskin.
Baca Juga: 5 Tahun Mengabdi, Kini Tsamara Amany Keluar Dari Partai PSI, Ternya ini Alasannya
Parahnya lagi masyarakat yang masuk golongan sangat miskin statusnya akan berubah menjadi sangat-sangat miskin.
Rencana kenaikan ketiga jenis kebutuhan pokok ini bagi pemerintah mungkin sebuah pilihan yang tidak mengenakan, karena dari kebijakannya tersebut akan berdampak pada membengkaknya angka kemiskinan di Indonesia.
Baca Juga: Vokalis Dewa 19 Ello Ikut Terseret Dalam Kasus Robot Trading DNA Pro
Namun, apa daya semua itu adalah sebuah pilihan, karena sebagian komoditas energi Indonesia sangat bergantung dari impor luar negeri.
Bahkan, Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro menegaskan, sebagian besar masyarakat diyakini belum siap jika harga-harga kebutuhan pokok harus naik.
Baca Juga: Tsamara Amany jadi Tranding Usai Menyatakan Mundur dari Partai PSI
Kalau ditanya konsumen siap atau tidak, kata Notonegoro, tentu sebagian besar masyarakat akan menjawab tidak siap.
Untuk itu, beber Notonegoro, pemerintah harus berdiri di tengah sebagai policy maker.