Gunung Tangkuban Parahu Keluarkan Gas Putih, Ini yang Harus Diketahui Masyarakat

photo author
- Minggu, 13 Februari 2022 | 06:05 WIB
Gunung Tangkuban Parahu (Foto: Gorajuara/PRFM News.com)
Gunung Tangkuban Parahu (Foto: Gorajuara/PRFM News.com)

GORAJUARA,- Aktivitas vulkanik Gunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat dilaporkan mengalami peningkatan.

Badan Geologi Kementerian ESDM menjelaskan peningkatan vulkanik Gunung Tangkuban Parahu itu berupa hembusan gas berwarna putih dari Kawah Ecoma yang berada di dalam Kawah Ratu.

Sebelumnya, dilaporkan kondisi tersebut terpantau dari kamera pengawas dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Meski begitu, PVMBG menyatakan bahwa Gunung Tangkuban Parahu masih berstatus Level I alias normal.

Baca Juga: Grup Musik Asal Indonesia, Weird Genius akan Tampil di Tomorrowland 2022

Sementara itu, Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono, dalam keterangannya pada media menyebutkan hembusan gas itu diduga dipicu adanya air yang meresap ke bawah permukaan kawah.

Dikatakannya, hembusan gas berwarna putih dengan tekanan sedang, tinggi sekitar 100 meter dari dasar kawah.

Dengan begitu, lanjut Eko, resapan air terpanaskan oleh batuan di bagian dangkal di bawah permukaan kawah dan membentuk akumulasi uap air bertekanan tinggi.

Baca Juga: Pixar Rilis Trailer Film ‘Lightyear’, Sebuah Cerita Awal dari Perjalanan Buzz di Luar Angkasa

“Sehingga terjadi over pressure dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa embusan yang cukup kuat,” kata Eko.

Menurut Eko, embusan berwarna putih dari kawah tersebut menunjukan bahwa gas didominasi oleh uap air.

Aktivitas vulkanik di dekat permukaan ini, sebut Eko, dapat terjadi karena adanya perubahan kesetimbangan energi yang berasal dari faktor internal maupun eksternal. Biasanya berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman.

Baca Juga: Dua Orang Pekerja Saksikan Pramusim di Atas Bukit Sirkuit Mandalika jadi Sorotan MotoGP

Faktor lainnya, ujar Eko, juga dapat berasal dari curah hujan dan tingkat penguapan. Ini terlihat dari dominasi gempa hembusan selama periode 1 Januari - 11 Februari 2022 menunjukkan adanya aktivitas hydrothermal di bawah tubuh gunung api.

Badan Geologi juga mencatat, dalam jangka waktu yang sama terekam dua kali gempa vulkanik dangkal, satu kali gempa frekuensi rendah, serta 80 kali gempa embusan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Janitra Achmad

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini