GORAJUARA - Ketika berbicara tentang Kota Bandung, yang pertama kali muncul di benak kita mungkin adalah keindahan alamnya, kulinernya yang lezat, atau gedung-gedung kolonial yang bersejarah.
Namun, ada satu tempat yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi yang seringkali luput dari perhatian, yaitu Tempat Pemakaman Umum (TPU) Terpadu Cikadut, yang dikenal juga sebagai Kuburan Cina.
Terletak di Kecamatan Mandalajati, TPU ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah etnis Tionghoa di Bandung.
Sejarah dan Asal Usul Nama Cikadut
Nama "Cikadut" mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun ia menyimpan cerita menarik di baliknya.
Menurut buku Toponimi Kota Bandung karya T. Bachtiar dan rekan-rekannya, nama ini berasal dari masa pemerintahan Hindia Belanda.
Pada tahun 1870, dikeluarkan peraturan Re-Organisasi Priangan yang memperbolehkan pemodal swasta membuka usaha di wilayah Priangan, termasuk di daerah yang sekarang dikenal sebagai Cikadut.
Di sebelah utara Cikadut, terdapat dua perusahaan ternak sapi potong milik orang asing.
Sapi-sapi ini dijual ke pasar tradisional setelah melalui proses pemotongan.
Salah satu bagian sapi yang cukup penting dalam proses ini adalah kadut (perut sapi).
Kadut yang telah dipisahkan kemudian dibuang ke sungai di sekitar area tersebut.
Kawasan di mana kadut sapi dibuang ini kemudian dikenal dengan sebutan Cikadut hingga saat ini.