GORAJUARA - Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung menjadi salah satu peristiwa bersejarah yang mengukir nama Indonesia di kancah internasional.
Di balik suksesnya perhelatan akbar tersebut, ada kisah heroik dari seorang guru sederhana bernama Abah Landoeng.
Lahir di Bandung pada 11 Juli 1926, Abah Landoeng adalah saksi hidup yang turut berperan dalam menyukseskan konferensi ini.
Ia dikenal sebagai sosok yang gigih dan berdedikasi tinggi dalam memperjuangkan pendidikan serta berkontribusi dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Abah Landoeng, atau yang akrab disapa Abah, memiliki kisah inspiratif yang penuh dengan perjuangan dan pengorbanan.
Mulai dari mengumpulkan mobil untuk para delegasi KAA, hingga mengajar masyarakat buta huruf, semuanya dilakukan dengan sepenuh hati.
Kisahnya tidak hanya menggugah hati, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang arti dedikasi dan pengabdian.
Sebagai seorang guru, Abah Landoeng tidak pernah berhenti mengabdi meskipun tantangan dan rintangan selalu menghampiri.
Sepeda onthel menjadi sahabat setianya dalam mengemban tugas mulia tersebut.
Berbekal tekad yang kuat, Abah berkeliling Kota Bandung mencari mobil untuk para delegasi KAA, bahkan setelah seharian mengajar di sekolah.
Tidak hanya itu, Abah Landoeng juga dikenal sebagai pawang hujan yang dipercaya oleh Presiden Sukarno.
Setelah Konferensi Asia Afrika, ia diutus ke Malaysia untuk memberantas buta huruf atas permintaan Presiden.