Menurut Bambang, potensi ini perlu dioptimalkan sebagai bagian dari re-branding kawasan Binong Jati.
Ia percaya bahwa dengan transformasi yang tepat, kawasan ini bisa beralih dari padat karya menjadi padat modal, yang tentunya akan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan.
"Ini harus disikapi bersama.Bisa dipahami, sebagian dari pengusaha di sini sudah mengekspor produknya. Jadi, antara kualitas dan juga kuantitas yang mencapai target sesuai timeline yang ada perlu dicapai," jelasnya.
Ke depannya, Pemkot Bandung akan berdiskusi dengan berbagai pihak terkait, termasuk aparat kewilayahan dan pelaku usaha, untuk merumuskan strategi yang lebih efektif.
Bambang menekankan pentingnya menggali dan mempromosikan sisi kearifan lokal dari kawasan ini, sehingga tidak hanya produk rajut yang legendaris yang dikenal, tetapi juga seluruh aspek budaya lokal yang unik dan menarik.
"Mari kita gali, kemasan-kemasan ini bisa menjadi sesuatu yang keren. Ini bisa menjadi merchandise-nya Kota Bandung," tambah Bambang.
Ia optimis bahwa dengan sinergi yang baik antara pemerintah dan masyarakat, sentra rajut Binong Jati dapat menjadi salah satu ikon kebanggaan Kota Bandung yang tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di kancah internasional.
Untuk mencapai tujuan ini, berbagai langkah strategis perlu dilakukan.
Pertama, peningkatan akses menuju kawasan sentra rajut.
Infrastruktur jalan yang baik akan memudahkan distribusi produk dan menarik lebih banyak pengunjung serta investor.
Kedua, pelatihan dan pendampingan bagi perajin untuk meningkatkan kualitas produk dan inovasi desain yang sesuai dengan tren pasar.
Ketiga, promosi yang masif melalui berbagai media, baik online maupun offline, untuk memperkenalkan produk rajut Binong Jati ke pasar yang lebih luas.