GORAJUARA - Sekelompok pemuda di Kota Bandung membangunkan lahan-lahan tidur di kawasan Arcamanik menjadi kebun pangan (urban farming). Hasilnya, para pemuda itu kini memiliki 142 pelanggan.
Komunitas para pemuda inilah yang tergabung dalam Seni Tani.
Bagian Program dan Edukasi Seni Tani, Mentari menjelaskan, komunitas ini menerapkan sistem pertanian yang terintegrasi dengan sumber daya lokal.
“Tujuannya kita ingin punya kebun pangan yang bisa hasilkan pangan sehat buat masyarakat Kota Bandung,” jelasnya.
Mentari menjelaskan sejak berdirinya Seni Tani pada tahun 2020, tetap teguh memperjuangkan tiga aspek yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi.
“Di sisi lingkungan, kami mengubah lahan tidur di kawasan lahan SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) Arcamanik. Di lahan tersebut kami menerapkan urban farming dengan memanfaatkan potensi sumber daya sekitar menjadi kebun pangan melalui pertanian organik yang berkelanjutan,” katanya.
Sedangkan dari segi sosial, Seni Tani melibatkan pemuda dan komunitas untuk mendapatkan "nature healing" melalui Kebun Komunal. Yaitu memberikan pelatihan urban farming serta menyediakan akses pangan lokal dan sehat.
“Pada aspek ekonomi, para petani muda kota di Seni Tani berdaya dan mendapatkan kepastian pendapatan dari hasil penjualan hasil tani dengan pendekatan sistem CSA (Community Supported Agriculture),” imbuhnya.
Sayuran hasil panen dari Kebun Seni Tani, kata Mentari, didistribusikan dengan sistem Community Supported Agriculture (CSA) atau Tani Sauyunan.
“Tani Sauyunan merupakan sebuah sistem yang bertujuan mendekatkan antara petani dan masyarakat. Di dalamnya terdapat kata Sauyunan, yang memiliki makna kebersamaan,” jelasnya.
Data menunjukan ada 74 komoditi yang pernah Seni Tani tanam.
Baca Juga: Tissa Biani Ungkap Sifat Karakternya di Series Viu Original Keluarga Hitung Hitungan