Sya’ban pun kemudian melihat indahnya surga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi : “Aduuuh, kenapa tidak yang baru.“ Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban.
Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Berikutnya Sya’ban melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu.
Baca Juga: Heri Susanto Boas Maestro Puisi, Siswa Kreatif bisa Diciptakan Melalui Puisi
Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)
Ketika baru saja hendak memulai sarapan, munculah seorang pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.
Melihat hal tersebut, Sya’ban merasa iba.
Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar, demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.
Kemudian mereka makan bersama–sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu, dengan porsi yang sama.
Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memperlihatkan ganjaran dari perbuatan Sya’ban dengan surga yang indah.
Ketika melihat itu diapun berteriak lagi: “Aduuuh, kenapa tidak semua.” Sya’ban kembali menyesal.
Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat surga yang lebih indah.
Masya Allah.***