Tingkat Literasi di Indonesia Rendah, Masyarakat Rupanya Lebih Senang Budaya Bertutur

photo author
- Rabu, 18 Mei 2022 | 11:00 WIB
Perpustakaan (Foto: Gorajuara/Pikiran Rakyat)
Perpustakaan (Foto: Gorajuara/Pikiran Rakyat)

GORAJUARA - Selama ini untuk menumbuhkan minat baca. Untuk menjadikan anak jadi gemar membaca, semuanya terpulang pada peran besar orang tua.

Hendaknya orang tua tidak merasa cukup mengajarkan anak hingga bisa membaca saja. Karena tugas mereka belum selesai. Mereka harus menanamkan rasa cinta, gemar membaca. Tapi ternyata peran pemerintah juga penting dalam hal ini.

Menurut Pengamat Kebijakan Pendidikan sekaligus Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia Cecep Darmawan, ada beberapa penyebab literasi di Indonesia rendah.

Baca Juga: Ustadz Abdul Somad di Deportasi Singapura, Jazuli Juwaini: PKS Akan Menanyakan Langsung Kepada Dubes Singapura

Kultur masyarakat Indonesia lebih senang, lebih dominan bertutur dibandingkan membaca. Ini merupakan salah satu penyebabnya. Ini dapat dilihat dari pernyataan pihak twitter bahwa orang Indonesia paling cerewet di twitter.

"Ini yang paling berat mentransformasi budaya bertutur masyarakat Indonesia ke budaya baca. Pemerintah perlu pendekatan ke masyarakat untuk menanamkan budaya baca, misalnya adakan lomba baca," ucap Cecep dikutip dari pikiran-rakyat.com, Senin, 16 Mei 2022.

Tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang rendah turut menyumbang rendahnya literasi di Indonesia. Lama sekolah di Indonesia rata-rata sekitar delapan tahun.

Baca Juga: Perubahan Jadwal Semifinal Sepak Bola SEA Games 2021 Timnas Indonesia vs Thailand, Simak Infonya!

Karena itu, negara-negara dengan tingkat pendidikan tinggi, memiliki minat baca yang tinggi pula. Berbeda dengan masyarakat Indonesia. Mereka tidak terdorong untuk membaca buku.

Harga buku yang relatif mahal, membuat masyarakat Indonesia yang memiliki pendapatan minim, tidak ingin membeli buku. Oleh karenanya faktor ekonomi juga berpengaruh pada rendahnya literasi di Indonesia.

Negara dengan Gross Domestic Product besar biasanya minat bacanya tinggi. Ini semua ada hubungannya dengan kondisi ekonomi.

Menurut Cecep, pemerintah perlu turut serta untuk meningkatkan literasi di Indonesia. Upaya yang perlu dilakukan oleh pemerintah yakni mensubsidi buku sebanyak mungkin. Terutama buku untuk mahasiswa dan buku-buku pengetahuan dasar, perlu dibuka akses seluas mungkin dengan cara menggratiskan buku terkait.

Kalau upaya pemerintah di atas, terkait menggelorakan semangat masyarakat untuk membaca. Kali ini upaya pemerintah untuk menyemangati penulis agar produktif menulis. Pemerintah bisa membeli hak kekayaan intelektual (HKI) dan memberikan penulis royalti. Sehingga buku bisa digratiskan kepada masyarakat. Hal itu juga memudahkan penulis dalam mendistribusikan bukunya.

Baca Juga: Para Calon Mahasiswa Wajib Tahu, Ini Empat Tips Menjawab Soal UTBK-SBMPTN 2022 Secara Maksimal

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Janitra Achmad

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB