GORAJUARA - Abad berganti cara berpikir bergeser. Sesuai hukum sejarah, memasuki awal abad akan terjadi perubahan paradigma berpikir. Berpikir generalis sesuai jiwa abad 21
Sebuah buku New York Time best seller (2019) menarik untuk kita simak, apa pelajaran yang bisa kita dapatkan dari buku karya David Epstein ini. Siapa tahu bisa kita aplikasikan dalam berbagai bidang, terutama dalam dunia pendidikan.
David Epstein meneliti atlet, seniman, musisi, penemu, peramal, dan ilmuwan paling spesialis di dunia. Ia menemukan mereka yang paling sukses adalah para pemikir generalis bukan spesialis. Pemikir generalis sesuai dengan karakter abad 21.
Baca Juga: Sukses Di Bawah Naungan Al Quran, Hidup dengan Pola Pikir Gravitasi.
Generalis sering kali terlambat menemukan jalur mereka dan mencoba banyak bidang, bukannya berfokus pada satu bidang. Generalis lebih kreatif, gesit, dan mampu membuat kaitan-kaitan yang tidak mampu diihat para spesialis.
David Epstein ingin menyampaikan bahwa cara berpikir spesialis memiliki keterbatasan. Keterbatasan para pemikir spesialis dicontohkan seperti para petani tradisional yang hanya belajar dari pengalaman.
Para petani yang hanya belajar dari pengalaman, pengetahuannya dibatasi hanya pada pengalaman sehingga pemikirannya kurang bergerak bebas. Pemikirannya tidak felksibel dan kaku.
Baca Juga: Efek Penjajahan 350 Tahun Masih Ada, Cara Berpikir Masih Dijajah.
Sebaliknya petani yang belajar secara ilmiah atau generalis, mereka lebih fleksible, berpikir abstrak, dan mampu mengaplikasikan pengalamannya dalam berbagai kondisi.
Intinya para pemikir spesialis lebih cepat memahami masalah jika itu ada di bidangnya, tetapi ketika situasi berubah mereka mengalami hambatan untuk beradftasi. Pemikir spesialis kurang cocok di abad 21 sekarang.
Para generalis yang tidak fokus pada satu bidang lebih mampu mengatasi keadaan dengan kemampuan berpikir kreatif, dan fleksibel yang dimilikinya.
Baca Juga: Perjalanan Vani SMAN 1 Pasikuda Masuk UIN, Jadi Gagasan Kembangkan Program Unggulan
Guru cocoknya sebagai pemikir generalis. Guru harus banyak memahami segala bidang. Spesialisasi guru pada faktanya dibangun oleh berbagai dukungan ilmu.
Guru tidak bisa melihat siswa dari satu sudut pandang. Pendekatan untuk memahami siswa harus mampu melihat minimal dari sisi psikologis, sosiologis, antropologis, agamis, ekonomis, dan neurologis.