Menurut Agus saat dihubungi Gorajuara, Rabu, 15 Desember 2021 lalu, dalam pelaksanaannya terdapat tujuh implementasi strategi yang dimaksud.
Baca Juga: Holywings Indonesia Umumkan Akan Memberi Hadiah Rp 1 Miliar Jika Timnas Juara AFF 2020
Baca Juga: Aura Kasih Ungkapkan Ini di Akun Twitternya Dalam Bahasa Daerah Sunda
Meliputi penerapan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT), penggunaan digital virtual, penerapan tematik berbasis dialetika, penggunaan modul atau lembar kerja siswa (LKS), mengaktifkan guru kunjung/guru lingkungan atau parenting, memanfaatkan radio televisi, serta menerapkan penugasan yang terukur.
Agus mengatakan, munculnya konsep yang kemudian diimplementasikan dalam strategi komplementer 7 metode pembelajaran ini, berangkat dari kegalauannya melihat betapa banyaknya persoalan yang mendera dunia kependidikan, terlebih saat badai pandemi Covid-19 melanda.
“Sebab itu hadirnya strategi komplementer 7 metode pembelajaran ini, setidaknya mampu memberikan solusi bagi dunia kependidikan, apakah itu terkait dengan fasilitas pendidikan, peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua peserta didik, lingkungan untuk mendukung agar kegiatan belajar mengajar tetap berjalan meski ada pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Semua itu, tambah Agus lagi, akan bermuara kepada bagaimana agar terwujudnya pendidikan yang adil dan merata di masa pandemi Covid-19.
“Adil dalam artian semua yang terkait dengan pendidikan ini harus mendapat perlakuan yang sama, dan merata dalam artian dalam kondisi apapun mereka juga mendapatkan sentuhan dan layanan yang tidak berbeda. Mau tempatnya jauh di pelosok atau pun dekat di kota, semuanya mendapat perlakuan yang sama,” tegasnya.
Dalam penerapan strategi komplementer 7 metode pembelajaran ini, menurut Agus yang dilantik menjadi Kadisdik Kabupaten Sumedang pada tahun 2019 lalu, posisi guru pada dasarnya berada pada kondisi out the box.
“Jadi sudah berada pada kondisi di luar kelaziman yang selama ini rutin mereka lakukan. Ada banyak hal yang berubah saat pandemi Covid-19 melanda, seperti tidak ada pembelajaran tatap muka yang diganti dengan pembelajaran online, serta kondisi-kondisi lainnya yang memang membuat para guru berada di level out the box,” ujar Agus.**