GORAJUARA - Crispy dan bakso jamur, hasil produksi teaching factory (TeFa) kompetensi Agribisnis Pengolahan Hasil Petanian (APHP) SMK Negeri 1 Cugenang, Kabupaten Cianjur.
Panganan tersebut bahan bakunya asli alami jamur tiram yang ditanam di SMK Negeri 1 Cugenang.
Plt Kepala SMK Negeri 1 Cugenang, Kabupaten Cianjur, Undang Iman Santosa, STP.,M.M.Pd., membenarkan panganan crispy dan bakso jamur merupakan produk olahan para siswa jurusan APHP.
Baca Juga: Pemberlakuan PPKM Luar Jawa dan Bali Diperpanjang, Mulai Berlaku 24 Desember Sampai 3 Januari 2022
“Betul, SMK Negeri 1 Cugenang mengambil jenis jamur tiram untuk dijadikan produk unggulan di bawah program kompetensi Agribisnis Tanaman Pangan dan hortikultura,” kata Undang belum lama ini.
Selain itu, jelas Undang, SMK Negeri 1 Cugenang didukung dengan letak geografis yang cocok untuk tanaman jamur tiram, yaitu di dataran tinggi.
“Sebab jamur tiram bisa tumbuh subur di daratan tinggi,” ujarnya.
Baca Juga: Joko in Berlin, Ekplorasi Musik yang Tak Kenal Batasan
Pengembangan jamur tiram di SMK Negeri 1 Cugenang, sebut Undang, sejak sekolah kami mendapat program bantuan teaching factory pada tahun 2019.
Untuk jamur tiram yang ada di SMK Negeri 1 Cugenang, selain membudidayakan diolah menjadi panganan.
“Tentu selain membudidayakan jamur tiram, kami melalui program studi praktik kompetensi ATPH mengolah jamur tiram menjadi panganan semacam crispy dan bakso jamur,” katanya.
Baca Juga: Cara Membuat Latar Belakang dan Rumusan Masalah dalam Menyusun Skripsi Atau KTI, Perhatikan Hal Ini
Dalam upaya mengembangkan budidaya jamur tiram di SMK Negeri 1 Cugenang, sebut Undang, tidak terlalu menjadi masalah, karena pada dasarnya untuk bahan baku pembuatan baglog media jamur tiram banyak tersebar di daerah dekat sekolah.
Undang mengungkapkan, selama melakukan budidaya jamur tiram di SMK Negeri 1 Cugenang kendala yang paling besar dari keberhasilan pembuatan F0, yaitu bibit untuk nantinya di tanam ke baglog.
“Apabila F0-nya kurang bagus, tidak akan menjadi jamur tiram, atau kalau pun jadi kurang bagus kualitas jamur tiramnya,” ujarnya.
Baca Juga: Delapan Tahun Jomlo, Artis Venna Melinda Luluh dengan Ketulusan Ferry Irawan
Terkait sarana dan prasarana dalam pengembangan budidaya jamur tiram, disebutkan Undang, secara garis besar masih memanfaatkan alat-alat sederhana, dan belum dikategorikan canggih.
Seperti membuat baglog, lanjut Undang, masih dibuat secara manual, pengukusan memakai drum bekas, sampai penyiraman pun masih manual belum memakai alat sensor suhu kelembaban.
Untuk pengembangan budidaya jamur tiram ini, ungkap Undang, SMK Negeri 1 Cugenang mendapatkan anggran dari program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui TeFa pada tahun 2019.
Baca Juga: Burgerkill Rilis Singel Baru 'Roar of Chaos' lewat Vokalis Ronald Alexander
“Kami pun mendapatkan bantun pengembangan TeFa pada 2021 melalui Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi,” ucap Undang.
Jamur tiram hasil olahan SMK Negeri 1 Cugenang, menurut Undang, untuk sementara kami pasarkan melalui e-commer.
Kami pun bekerjasama dengan UMKN desa setempat untuk memasukkan produk , dan dijual ke perorangan.
“Untuk market sangat banyak dan luas. Tetapi yang kami belum berani adalah menyanggupi permintaan pasar. Apabila masuk market besar kita sudah mendapatkan pengepul atau yang mau menerima, prospeknya sangat bagus sekali,” ucapnya.
Baca Juga: Sebelas Korban Kapal Tenggelam di Johor Nahru Teridentifikasi WNI, 6 Jenazah Segera Dipulangkan ke Indonesia
Apakah dalam mengembangkan jamur tiram di SMK Negeri 1 Cugenang ini bekerjasama dengan pihak lain?
Undang menjelaskan, bekerja sama dengan pihak ketiga yang menjadi rekanan pengembangan TeFa jamur tiram, salah satunya dengan CV. Asa Agro Corporation.
“Tujuannya untuk pengggalian informasi pembuatan jamur tiram untuk pengawasan dan pemasaran,” katanya.
Untuk omset sangat menjanjikan, tambah Undang, tetapi catatan kualitas jamur bisa terjaga, pemeliharaan yang baik, dan mendapat pasar yang bagus.
Baca Juga: Mobilnya Tabrak Truk, Sikap Raffi Ahmad pada Pengasuh Rafathar Bikin Kaget
“Dalam jangka waktu lima bulan akan bisa kembali modal dan mendapat keuntungan sesuai modal,” tutur Undang.
Untuk pengembangan produksi jamur tiram ini, tandas Undang, saat ini peran siswa tidak begitu banyak, hanya sebatas pembuatan baglog, pengukusan, dan pemeliharaan.
“Itupun untuk pemeliharaan tidak banyak yang terlibat, karena tidak boleh banyak orang dalam lumbung jamur, peran siswa lebih banyak di bagian pengolahan jamur untuk jurusan kompetensi APHP,” katanya.
Baca Juga: Iran Umumkan Kasus Pertama Varian Omicron, Warga Diminta Mematuhi Protokol Kesehatan
Menurut Undang, dirinya tidak mempunyai obsesinya tidak jauh-jauh. Kami ingin produksi jamur tiram ini tetap konsisten ada di sekolah.
“Bagian dari pembelajaran jurusan pertanian dan pengolahan pertanian, kewirausahaan juga, serta ekspektasi tingginya ingin menambah kumbung jamur agar produksi panen jamur tiram dapat memenuhi pasar besar,” katanya.
Undang berharap, SMK Negeri 1 Cugenang dapat dikenal oleh masyarakat umum dari segi kualitas pendidikannya, kualitan infrastrukturnya dan menjadi rools model sekolah pertanian yang mengembangkan jamur tiram untuk produk unggulannya.***
Artikel Terkait
Pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas di SMK Negeri 2 Purwakarta
Ini 10 Siswa yang Masuk Nominasi Lomba Karya Tulis Dewi Sartika Antar SMA, SMK, MA dan SLB se Jawa Barat
Tangis Bahagia Mewarnai Acara Puncak Lomba Karya Tulis Dewi Sartika Antar SMA, SMK, MA dan SLB se Jawa Barat
Selamat, Berikut Nama Pemenang Lomba Karya Tulis Dewi Sartika Antar SMA, SMK, MA dan SLB se Jawa Barat
Eky Fitri Novianti, Piawai Mengolah Si ‘Kulit Bundar’, Mutiara dari SMK Negeri 1 Tanggeung, Cianjur
Kepak Sayap SMK Negeri 1 Tanggeung, Cianjur Melalui Ekstrakurikuler Pacinta Alam