GORAJUARA - Seorang guru yang sudah pengalaman mengajar di atas 20 tahun bercerita, pernah melakukan eksperimen di kelas. Siswa zaman sekarang dikenal generasi stroberi.
Generasi yang selalu ingin terlihat menarik. Namun jiwanya rapuh, kemampuan bertahan hidupnya mengalami penurunan. Sehingga tersentuh sedikit saja rapuh seperti Stroberi.
Dua tahun dilanda wabah Covid-19 mereka belajar di rumah tanpa kontrol guru, dan dilayani dengan online. Dua tahun pola belajar tanpa kontrol guru membuat mereka tambah rapuh.
Suatu hari, guru melakukan eksperimen untuk mengecek motivasi belajar siswa. Guru ingin tahu siapa yang benar-benar memiliki motivasi belajar pada pelajaran yang diampunya.
Guru membuat komitmen di kelas. Siapa yang tidak mau belajar boleh keluar sesuai dengan keinginan masing-masing. Di luar kelas guru membebaskan terserah apa yang mau dilakukan.
Guru mengatakan komitmen ini tidak berkaitan dengan nilai dan siswa diminta jujur pada diri sendiri, jangan merasa terpaksa belajar. Lalu siswa bertanya, "benar bu ini serius?".
Baca Juga: Gandeng Guru Gembul Gerakan Dana Abadi Guru... Solusi Sejahterakan Seluruh Guru Secara Mandiri...
Guru menjawab, "serius dan kamu harus jujur, tidak ada paksaan, dan tidak ada rasa takut, kalian boleh mengambil keputusan sendiri". Lalu siswa beberapa siswa pamit meninggalkan kelas.
Guru tersenyum dan mempersilahkan siswa yang keluar kelas. Selang beberapa saat, siswa yang masih tinggal di kelas tinggal siswa enam orang. Dari 36 siswa hanya enam orang yang mau belajar.
Sebagian siswa memilih untuk meninggalkan kelas sesuai dengan komitmen. Lalu guru memulai pembelajaran dengan enam siswa. Sebagian siswa menikmati kebebasanya di luar kelas.**
Dari eksperimen ini, guru banyak mengambil pelajaran. Generasi stroberi butuh pendampingan serius dan guru punya pekerjaan berat untuk mengembalikan minat belajar siswa.***