GORAJUARA - Guru-guru jangan terlalu tergantung pada orang lain. Mari kita sejahterakan diri kita sendiri dengan berbuat sesuatu yang produktif". Dari IKA Sejarah UPI sudah memulainya.
Bukankah guru selalu mengajarkan kepada murid-murid, "Allah tidak akan mengubah seseorang, jika orang itu sendiri tidak mengubahnya". Untuk itu tidak ada alasan untuk putus asa.
Saya punya gagasan untuk bagaimana guru bisa sejahtera. Namun saya membutuhkan guru-guru yang berjiwa besar, berjiwa selalu semangat untuk mensejahterakan orang lain.
Baca Juga: Kisah Inspiratif Guru... Dapat Berkah 500 Juta Selama Mengajar Tidak Pernah Kesiangan...
Saya butuh guru-guru yang berpikir seperti Bob Sadino, "urip iku nguripi wong" (hidup itu menghidupi orang). Guru-guru seperti ini hidupnya sejahtera dan pesti mensejahterakan.
Mari guru-guru bergabung untuk membuat gerakan infak produktif yang akan disimpan sebagai dana abadi guru. Dana abadi akan disimpan di pasar modal legal berdasar undang-undang.
Dana abadi yang disimpan di pasar modal sifatnya tidak dapat diperjualbelikan kecuali digunakan manfaatnya. Di pasar modal dijual saham-saham perusahaan bagus perusahaan nasional.
Baca Juga: Guru-Guru Harus Belajar Filsafat... Peserta Didik Bukan Benda Material...
Perusahaan bagus cirinya, harga saham tiap tahun naik, dan tiap tahun memberi keuntungan berupa dividen. Keuntungan inilah yang nantinya bisa digunakan untuk sejahterakan guru.
Kemampuan dana abadi untuk mensejahterakan guru sangat tergantung pada jumlah aset saham yang dimiliki. Semakin banyak aset saham dimiliki, semakin besar potensi sejahterakan guru.
Kunci keberhasilan dari dana abdi kesejahteraan guru adalah ketekunan, kesabaran, dan komitmen bersama pada guru untuk saling mensejahterakan.
Baca Juga: Eksperimen Guru Terhadap Generasi Stroberi.... Plus Dampak Covid-19 Masih Membekas...
Gerakan bisa dilakukan di tingkat satuan pendidikan, atau kecamatan. Gerakan bersifat abadi kecuali kiamat gerakan berakhir. Kunci penting adalah pengelola dana abadi yang amanah.
Guru adalah manusia-manusia pewaris para nabi. Bagi para pewaris nabi, kemiskinan tidak terletak pada harta tapi pada jiwa-jiwa yang tidak mau saling bantu antar sesama.***