Shalat adalah Keterampilan Hidup....Shalat Bisa Membantu Redakan Stres...

photo author
- Minggu, 10 Maret 2024 | 11:42 WIB
shalat adalah keterampilan hidup (GoraJuara.com/dok AKSI)
shalat adalah keterampilan hidup (GoraJuara.com/dok AKSI)

GORAJUARA - Mengajarkan shalat di sekolah seperti pelajaran anak SD, padahal shalat bisa diajarkan mengikuti perkembangan psikologi peserta didik.

Di usia 16-21 tahun, di level pendidikan menengah atas, pengajaran shalat harus dibarengi dengan pemahaman psikologi dan emosional.

Shalat secara psikologis melatih kemampuan berpikir positif untuk para peserta didik. Shalat mengajarkan bagaimana peserta didik berpikir optimis ke depan.

Baca Juga: Lulusan ITB Jurusan Arsitektur Pernah Ngospek Ridwal Kamil....Puluhan Tahun Tidak Kerja...

Shalat tujuannya adalah minta tolong kepada Allah yang maha kuasa. Dalam pikiran Allah adalah dzat yang maha kuasa, maha pemberi, maha kaya, dan maha tahun. 

Doktrin pikiran ini harus tertanam dalam alam pikiran dan hati para peserta didik. Doktrin ini akan membantu para peserta didik tetap optimis dengan pertolongan yang maha kuasa. 

Peserta didik harus diajarkan cara berpikir untuk berkomunikasi dengan Allah yang maha pengampun. Ketika melakukan salah mereka tetap optimis karena Allah maha pengampun.

Baca Juga: Guru Honorer Dapat Beaguru dari LPP Salman ITB...Sudah Mencapai 400 Guru...

Ketika punya cita-cita mereka akan selalu optimis karena Allah maha pengabul doa. Ketika sakit peserta didik akan tetap optimis karena Allah yang menyehatkan.

Dalam ritual shalat, cara-cara berpikir optimis seperti ini harus terus dilatih terutama ketika posisi waktu sujud. Ritual shalat dan cara berpikir optimis harus terus dilakukan berulang-ulang.

Pengulangan menjadi salah satu cara untuk memasukkan cara berpikir positif ke dalam alam bawah sadar atau hati. Gerakan shalat rukuk dan sujud harus diikuti dengan pikiran optimis.

Para ahli psikologi menjelaskan bahwa setiap tindakan fisik atau pikiran yang dilakukan berulang-ulang kurang lebih 66 kali, tindakan itu akan menjadi prilaku yang tetap di otak. 

Baca Juga: Sekolah Nyeleneh....Ala Prof Dadan Wildan....

Orang-orang yang sudah terbiasa berpikir opitmis cenderung lebih mudah mengendalikan stres. Orang-orang yang berpikir optimis lebih terhindar dari stres dan sehat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Muhammad Plato

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Membaca SE Mendikdasmen Nomor 14 Tahun 2025

Kamis, 18 Desember 2025 | 15:24 WIB