GORAJUARA - Akhirnya SCG salah satu perusahaan terkemuka di ASEAN umumkan hasil operasi Q3/2022 terhadap Industri Petrokimia.
Perusahaan SCG itu mengumumkan hasil operasi Q3/2022 adanya lonjakan biaya energi global dan penurunan penjualan pada Industri Petrokimia akibat dampak konflik Rusia-Ukraina.
Kegiatan pengumuman hasil operasi QE/2022 oleh SCG dilakukan pada Senin, 31 Oktober 2022 yang memperhatikan Industri Petrokimia yang sudah capai titik terendahnya selama 20 tahun.
Baca Juga: Masa Bodo Soal Rating! Arya Saloka dan Amanda Manopo Mulai Sibuk dengan Kegiatan Masing-masing
Hal ini menunjukkan kinerja dan solidaritas SCG telah dibantu oleh manajemen likuiditas yang ketat terhadap investasi pada bisnis yang akan berpotensi semakin tinggi.
Industri Petrokimia sudah alami 20 tahun terakhir semakin merosot tingkat kualitasnya akibat dari biaya bahan baku yang tinggi dan terus berkelanjutan.
Unit bisnis dari SCG Semen dan Bahan Bangunan (CBM) juga sedang menghadapi lonjakan biaya energi dibandingkan dengan SCG Packaging (SCGP) yang berjalan normal.
Kata Presiden dan CEO SCG, Roongrote Rangsiyopash bahwa hasil operasi Q3/2022 yang dilakukan pihaknya dipengaruhi karena ada kenaikan harga energi yang memuncak.
Pihaknya membeberkan bahwa konflik Rusia-Ukraina juga mempengaruhi hal itu seperti peningkatan biaya energi pada Industri Petrokimia SCG dalam 20 tahun terakhir.
Dari hasil operasi Q3/2022 SCG yang masih belum ditinjau pada pendapatan penjualan sebesar Rp58,31 triliun turun menjadi 7 persen q-o-q.
Hal ini disebabkan melemahnya harga produk kimia akibat permintaan dari petrokimia menjadi menurun. Kemudian, laba yang mencapai Rp1 triliun juga menurun 75 persen q-o-q.
Penurunan harga laba juga disebabkan karena distribusi bahan kimia yang menurun dan peningkatan biaya energi.