GORAJUARA - Virus cacar monyet bisa menjadi ancaman baru. Memang benar, sejauh ini tidak ada kasus orang Indonesia yang terdeteksi terkena cacar monyet.
Akan tetapi, saat ini kasus cacar monyet telah ditemukan di beberapa negara Eropa, Amerika Serikat dan Australia.
Lebih dari 100 kasus cacar monyet telah terdeteksi di Eropa. Bahkan sudah menyebar di 12 lebih negara.
Sebelumnya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bekerja sama dengan negara-negara yang terkena dampak untuk memperluas pengawasan penyakit cacar monyet.
Bahkan dalam rangka membahas penanggulangan cacar monyet, WHO melakukan pertemuan darurat .
Sejauh ini, tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa virus cacar monyet bisa bermutasi. Begitu keterangan yang diperoleh dari WHO.
Baca Juga: FIX! Persib Bandung Berkandang di Stadion GBLA untuk Liga 1 2022-2023 Mendatang
Mengutip dari Pikiran-Rakyat.com, Selasa 24 Mei 2022, Kepala sekretariat cacar yang merupakan bagian dari Program Darurat WHO, Rosamund Lewis mengatakan, mutasi virus cenderung lebih rendah.
Pemimpin penyakit dan zoonosis WHO, Maria van Kerkhove, menyebut bahwa wabah yang baru-baru ini terdeteksi di Eropa hingga Australia, kasusnya belum parah.
"Situasi masih dapat dikendalikan, khususnya di Eropa. Tapi kita tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di Afrika, di negara-negara endemik," katanya.
Monkeypox atau cacar monyet merupakan penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis).
Pertama kali Monkeypox ditemukan pada tahun 1958 di Denmark. Saat itu, ada dua kasus seperti cacar muncul pada koloni kera.