GORAJUARA - Setiap tahunnya, 13 juta hektare hutan lenyap dari bumi ini. Artinya ekosistem di dalamnya pun ikut hilang, termasuk tumbuhan dan hewan langka.
Bukan itu saja, hilangnya hutan juga menyebabkan hilangnya daya serap hutan terhadap 12 hingga 18 persen emisi karbon.
Nilai ini sama saja emisi karbon transportasi seluruh dunia. Oleh karenanya pada 28 November 2012, PBB mengeluarkan resolusi yang menetapkan tanggal 21 Maret sebagai Hari Hutan Sedunia.
Baca Juga: Pesawat Boeing 737 Terjatuh, Para Korban Masih Belum Ditemukan
Peringatan Hari Hutan Sedunia ini bisa dijadikan ajang untuk saling berbagi visi misi kehutanan.
Tema Hari Hutan Sedunia tahun 2022 adalah 'Forest and Sustainable Production and Consumption' atau hutan, produksi dan konsumsi berkelanjutan.
Sesuai tema Hari Hutan Sedunia tahun ini, seperti dikutip Gorajuara.com dari berbagai sumber, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Prof Herry Purnomo menyatakan, masyarakat perlu diikut sertakan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan.
"Caranya mudah cukup menggunakan produk kehutanan yang bersertifikat. Tujuannya jelas, untuk memastikan berasal dari praktik yang lestari," katanya.
“Bukan hanya peran orang-orang kehutanan saja yang penting. Peran masyarakat juga penting. Karena produk kehutanan tergantung pembeli. Jika pembeli ingin produk kehutanan yang bersertifikat, maka pengelola hutan akan mensertifikasi seluruh produknya,” jelas Herry, Minggu 20 Maret 2022
Herry memberi contoh beberapa bentuk sertifikat produk berkelanjutan. Ada yang namanya Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang dikeluarkan pemerintah, ekolabel dan juga ada sertifikat international Forest Stewardship Council.
Baca Juga: Hari Puisi Sedunia, Ini Ungkapan Direktur Umum UNESCO
Masyarakat bisa membeli produk-produk kehutanan bersertifikat, misalnya mebel dan kertas.
Herry menambahkan, bila keinginan masyarakat hanya pada produk kehutanan yang bersertifikat, maka pengusaha dan pengelola hutan akan mensertifikasi dan mengikuti kaidah-kaidah pengelolaan hutan lestari.