Beberapa juru kampanye satwa liar menuding plastik yang jadi penyebabnya.
Indonesia adalah sumber pencemaran plastik laut terbesar kedua di dunia setelah China, menurut Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia.
“Sepertinya karena polusi plastik. Karena ketika plastik ditemukan di dalam perut paus, sonar yang digunakan paus untuk navigasi terganggu oleh kebisingan bawah air dan mereka menjadi bingung dan terdampar sendiri adalah dua penyebab utama kematian,” kata Femke den Haas, seorang paramedis satwa liar dan salah satu pendiri Jakarta Animal Network.
Pada tahun 2018, seekor paus sperma ditemukan mati di perairan Taman Laut Nasional Wakatobi sekitar 1.000 km (621 mil) timur laut Bali dengan 115 gelas plastik, 25 kantong plastik, empat botol plastik, dan dua sandal di perutnya.
Sejumlah kecil plastik juga ditemukan di dalam perut salah satu paus sperma yang terdampar di Bali barat awal bulan ini.
“Kami masih belum bisa mengatakan apakah penyebab kematiannya adalah plastik. Bisa jadi penyakit,” kata Yudiarso.
Meski begitu, dia mencatat ada pola dalam kasus terdampar, yang cenderung lebih umum terjadi pada periode transisi antara musim hujan dan musim kemarau.
“Kita sekarang berada di tengah-tengah periode itu,” kata Yudiarso.
“Itu bisa terkait dengan badai tropis yang kami alami di Jawa bulan lalu atau badai yang lebih baru di utara Australia di Laut Timor. Kami juga tidak dapat mengesampingkan efek gempa bawah laut – kami memilikinya sepanjang waktu di Bali. Pada Senin pagi, terjadi dua gempa bumi dan itu mungkin mengganggu sonar paus.”
Baca Juga: Link Nonton Bidadari Surgamu Episode 30, Denis Liat Sakinah dan Fadil Pegangan Tangan
'Perangkap paus'
Sumarsono, kepala seksi konservasi BKSDA Bali, yang seperti banyak orang Indonesia hanya menggunakan satu nama, berbagi teori alternatif.