“Kuras, sikat, tutup, manfaatkan barang bekas. Daripada ditumpuk, lebih baik dijual (dikilo),” ujarnya saat mengingatkan pentingnya membersihkan potensi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
Ia juga menjelaskan, teknologi pengendalian nyamuk menggunakan wolbachia masih terbatas, dan vaksin DBD pun belum dapat menjangkau seluruh warga.
Dengan demikian, peran lingkungan dan kewaspadaan warga menjadi fondasi utama.
Dalam pertemuan itu, Farhan menegaskan bahwa RW adalah garda terdepan. Selain penanganan sosial, kesehatan, dan infrastruktur, RW juga berperan dalam mitigasi DBD dengan pemantauan rutin, edukasi warga, serta identifikasi cepat kasus di lingkungan masing-masing.
“Intervensi lingkungan, nyamuk, manusia,” ucapnya menegaskan ruang lingkup kerja bersama yang harus dijalankan.
Kewilayahan juga diperkuat melalui berbagai program lain seperti pemantauan ibu hamil, data kerentanan sosial, dan perbaikan sanitasi.
Semua itu, menurut Farhan, saling beririsan dengan upaya mencegah DBD karena kondisi lingkungan yang baik dan masyarakat yang terpantau kesehatannya turut menekan risiko penularan.***