GORAJUARA - Memasuki musim hujan, kewaspadaan terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali meningkat.
Di Kota Bandung, kesiapsiagaan tidak hanya bertumpu pada layanan kesehatan, tetapi juga pada kekuatan kewilayahan melalui RW, kader, dan warga yang saling bekerja sama mencegah potensi lonjakan kasus.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan mengingatkan, musim hujan selalu menjadi periode krusial bagi penularan DBD.
“Perhatikan baik-baik. Kita memasuki musim hujan. Januari biasanya ledakan DBD. Siklus 3 tahunan. 2026-2028 bisa naik,” ujarnya saat berdialog dengan para pengurus RW dalam Siskamling Siaga Bencana ke-42 di Kelurahan Batununggal, Selasa 25 November 2025.
Ia menekankan pentingnya deteksi dini oleh warga. Mulai dari gejala DBD, hingga penanganan jika ada warga yang mengalami gejala DBD tersebut.
“Kalau warga demam, sakit kepala, kasih obat tidak turun dalam 24 jam, langsung ke Puskesmas minta tes NS1. Gratis,” katanya.
Lebih lanjut, Farhan juga memperingatkan, agar warga tidak menunggu gejala menjadi berat.
“Jangan sampai ada ruam merah, muntah-muntah, mimisan. Itu bahaya pisan,” ucapnya.
Menurut Farhan, seluruh wilayah kota saat ini berada dalam status kewaspadaan tinggi. Karena itu, ia menyebut bahwa intervensi harus dilakukan secara bersamaan di tiga aspek: lingkungan, nyamuk, dan manusia.
“Di Bandung semua kelurahan merah. Tidak ada yang bebas DBD,” tegasnya.
Upaya pengendalian berbasis masyarakat kembali menjadi kunci. Lewat arahan langsung kepada RW, Farhan mendorong penguatan gerakan 3M Plus.