Ketika sudah terkumpul, sampah ini kemudian dipilah dan dijual yang hasilnya menjadi pendapatan masyarakat.
"Fokus kami adalah bagaimana melestarikan sungai dan memberdayakan masyarakat.
Baca Juga: BRI dan Pegadaian Dukung UMKM Kopi yang Makin Menjamur di Indonesia Hingga Capai Pasar Global
"Karena kami yakin tidak mungkin sebuah kawasan bisa bersih bisa lestari.
"Tanpa kita mengikutsertakan masyarakat di sekitar lingkungan itu sendiri.
"Ini harta karun yang hasil keuntungan ini tidak dinikmati hanya kita saja, tetapi untuk warga," katanya.
Dalam pengolahan sampah tersebut, terdapat program “kredit plastik” setiap bulan yang bisa menghasilkan uang.
Sampah yang dipilah kemudian dapat dijual lagi dan menghasilkan uang.
Setiap 60 ton sampah plastik memiliki nilai jual sekitar Rp300 ribu dan khusus sampah botol bisa bernilai lebih besar.
Baca Juga: Live Skor! Timnas Indonesia Kebobolan 2 Gol pada Babak Pertama Melawan Maroko di Piala Dunia U 17
Tak hanya sampah plastik, terdapat juga potensi pendapatan lain dari Waduk Saguling, yaitu eceng gondok yang dianggap sebagai tanaman parasit.
Tumbuhan ini bisa diberdayakan menjadi perabotan hingga atap gazebo yang menjadi penggerak ekonomi warga sekitar.
"Dari pendapatan itu, kita kembalikan ke masyarakat.
"Contohnya sekolah berbayar sampah dan klinik pengobatan," katanya.