GORAJUARA - Media sosial baru-baru ini diramaikan dengan pemberitaan orang yang diduga jadi korban eksploitasi dari organisasi yang mengatasnamakan kesehatan mental.
Dalam hal ini, organisasi itu disebut berfokus dan konsen pada isu-isu mengenai kesehatan mental.
Lalu, organisasi itu juga disebut aktif merekrut relawan untuk menjadi duta literasi pada isu kesehatan mental.
Kisah dugaan eksploitasi dari organisasi itu dibagikan dalam unggahan Instagram @perempuanberkisah pada 22 Oktober 2023.
Dalam hal ini, para relawan yang diduga menjadi korban eksploitasi tersebut umumnya adalah anak-anak dibawah usia 18 tahun.
Bahkan tidak sedikit yang mengalami trauma dan kemudian mencoba untuk bunuh diri.
Salah satu keterangan yang diduga sebagai korban mengungkapkan saat sah diterima menjadi relawan, dia kemudian diwajibkan untuk membayar kaos sebesar 200.000 yang kabarnya kini harga tersebut naik menjadi 350.000.
Adapun tugas yang wajib dikerjakan oleh para relawan setelah ditetapkan menjadi duta adalah membuat video dengan tenggat waktu yang ketat tanpa memperdulikan kesibukan para duta.
Menurut pengakuan dari korban, setelah selesai masa kontrak menjadi duta, wadah kolektif tersebut menawarkan untuk proses magang menjadi desain grafis selama 3 bulan tanpa upah.
Korban yang diketahui masih duduk di bangku sekolah tersebut kemudian terpilih sebagai ketua divisi desain grafis setelah melakukan rapat bersama staf teknologi dan CEO.
Akan tetapi, tugas yang diberikan kepadanya sangat banyak dengan tenggat waktu yang singkat.